Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek PPKM: Warga Pilih Berhemat, Porsi untuk Bayar Cicilan Bertambah

Kompas.com - 09/08/2021, 16:56 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak awal Juli 2021 berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat dalam mengatur keuangannya.

Survei konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa pada Juli 2021 orang memilih menggunakan penghasilannya untuk berhemat.

Rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) pada Juli 2021 menurun dari 75,5 persen menjadi 74,6 persen.

Baca juga: Survei BI: PPKM Bikin Penghasilan Merosot, Orang Makin Malas Belanja

Penurunan proporsi konsumsi pada Juli 2021 tersebut diikuti dengan meningkatnya rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) dari 14,9 persen menjadi 15,1 persen,” tulis BI dalam hasil surveinya, Senin (9/8/2021).

Di sisi lain, porsi gaji atau penghasilan masyarakat yang digunakan untuk membayar cicilan justru meningkat jika dibandingkan dengan masa sebelum PPKM Darurat.

“Rata-rata rasio pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) pada Juli 2021 meningkat dari 9,6 persen pada bulan sebelumnya menjadi 10,3 persen,” imbuh BI.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, penurunan rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terjadi pada mayoritas kategori pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan.

Baca juga: Imbas PPKM, Optimisme Konsumen Anjlok

“Sementara itu, penurunan porsi tabungan terhadap pendapatan juga terjadi pada seluruh tingkat pengeluaran responden, terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 4,1-5 juta per bulan,” sebut BI.

Prediksi kondisi ekonomi dari konsumen

BI juga merilis perkiraan konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan yang melemah dari bulan sebelumnya.

Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) Juli 2021 sebesar 93,2, berada pada area pesimis (di bawah 100) dan lebih rendah dari 124,4 pada Juni 2021.

“Konsumen memprakirakan ekspansi kondisi perekonomian pada 6 bulan ke depan masih terbatas, baik dari aspek kegiatan usaha, peningkatan penghasilan, maupun ketersediaan lapangan kerja,” jelas BI.

Hal tersebut terindikasi dari menurunnya Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Indeks Ekspektasi Penghasilan pada 6 bulan mendatang.

“Secara spasial, IEK Juli 2021 menurun di 17 kota dengan penurunan terdalam di Manado (-51,7 poin), diikuti Surabaya (-50,6 poin) dan Bandar Lampung (-38,0 poin),” sebut BI.

Baca juga: Ada PPKM, Begini Nasib Penerimaan Pajak

Pada Juli 2021, konsumen juga memperkirakan perkembangan kegiatan usaha ke depan lebih terbatas, terindikasi dari Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha sebesar 84,4, lebih rendah dari 122,8 pada bulan sebelumnya.

Penurunan indeks terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran responden, terdalam pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 4,1-5 juta per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com