Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag Pertanyakan Klaim Data Kementan soal Stok Jagung 2,3 Juta Ton

Kompas.com - 23/09/2021, 11:03 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan kenaikan harga jagung disebabkan karena stok jagung langka. Hal itu membuat pasokan jagung terganggu.

Ia bilang, harga jagung ditentukan oleh mekanisme pasar. Itu sebabnya, harga jagung tidak akan melambung tinggi apabila stoknya melimpah ruah sebagaimana yang diklaim Kementerian Pertanian (Kementan).

Sebagai informasi, Kementan mengklaim kalau stok jagung lokal sangat melimpah. Bahkan, Kementan menyebut pasokan jagung saat ini mencapai 2,3 juta ton.

Namun, data yang disampaikan Kementan tersebut dinilai meragukan. Karena faktanya di lapangan, jagung sulit didapat, harganya pun mahal.

Baca juga: 2 Kali Jadi Presiden, Jokowi Janjikan Swasembada Jagung, Realisasinya?

"Masalah harga jagung, kalau kita tidak punya sekarang 2,3 juta ton jagung, mungkin tidak harganya naik meroket seperti itu? Jadi kalau ada barangnya, sekarang kita jangan bicara jutaan, bicara 7.000 saja tidak ada untuk kebutuhan 1 bulan di Blitar," kata Lutfi dalam Rapat Kerja Bersama Komisi VI DPR RI dikutip pada Kamis (23/9/2021).

Lutfi mengaku pihaknya sudah memperkirakan ada kenaikan harga jagung. Ia juga mengatakan Kemendag sudah memberi tahu Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sejak Maret agar mewaspadai kenaikan harga jagung.

Lutfi mengatakan Kemendag siap menggelontorkan anggaran subsidi agar pelaku usaha bisa mendapatkan jagung sesuai dengan harga acuan untuk mengantisipasi tekanan yang lebih besar bagi usaha peternakan ayam petelur. Namun, dia tidak memungkiri ada kendala dari ketersediaan barang.

“Ini masalah supply and demand. Saya sejak awal sudah prediksi harga kedelai akan tinggi, tetapi barang ada. Ada goncangan sedikit, saya umumkan harga tahu akan jadi Rp 15.000 per kg. Jadi kita bekerja bersama. Sekarang kalau barang tidak ada, harga naik, mau cari ke mana barangnya?," kata Lutfi.

Baca juga: Saat Peternak Ayam Tagih Janji Jokowi soal Swasembada Jagung

Klaim Kementan

Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan, stok jagung sebanyak 2,3 juta ton memang benar ada. Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Mohammad Ismail Wahab mengatakan, stok jagung sebanyak itu ada di beberapa tempat.

Yaitu di Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sebanyak 722.000 ton. Lalu, di pengepul 744.000 ton, di agen 423.000 ton, dan sisanya di usaha lain sampai eceran ke rumah tangga.

Ismail menjelaskan, setiap pekan Kementan selalu memperbaharui data pasokan jagung. Hal itu dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pusat Data dan Informasi Pertanian.

"Badan Ketahanan Pangan melakukan survei periodik stok jagung di pengepul, gudang GPMT, dan pasar. Sedangkan Pusdatin kami secara langsung melalui mantri tani dan harmonisasi data BPS. Datanya sama," kata Ismail dalam keterangan tertulisnya dikutip dari Kompas TV.

Baca juga: Kementan Klaim Jagung Melimpah Ruah, Kenapa Mahal di Lapangan?

Menurut Ismail, masalah yang menyebabkan harga jagung mahal adalah distribusi yang tersendat. Bukan karena pasokan minim.

"Masalahnya saat ini bukan produksi, namun distribusi jagung ke peternak yang terhambat. Kami punya data stok, silahkan tanya kami bila benar ingin menyelesaikan perkara jagung peternak mandiri," ujarnya.

Ia menambahkan, bulan September hingga Oktober adalah masa panen jagung yang ditanam di lahan sawah. Kementan mempersilahkan bila ada yang meragukan untuk mengecek sendiri ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com