Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Pangkas Target Indikatif pada Lelang SUN Pekan Depan Jadi Rp 12 Triliun

Kompas.com - 26/09/2021, 11:28 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (28/9/2021).

Pada lelang kali ini, pemerintah memasang target indikatif yang jauh lebih rendah dibanding lelang-lelang sebelumnya.

Adapun, target indikatif yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar Rp 12 triliun–18 triliun.

Baca juga: Sebut Revisi UU BUMN Perlu, Erick Thohir: Kadang Perusahaan Terbitkan Surat Utang untuk Bonus dan Tantiem...

Padahal, sebelumnya, target indikatif untuk lelang SUN sebesar Rp 21 triliun–33,5 triliun.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana menjelaskan, langkah pemerintah menurunkan target serapan tidak terlepas dari kuota penerbitan SBN sepanjang tahun ini yang sudah hampir memenuhi target.

“Dengan target hampir tercapai, akhirnya pemerintah menahan diri dengan menurunkan target. Hal ini juga membuat pemerintah mencari yield yang paling kompetitif pada sisa lelang di tahun ini,” ujar Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id

Fikri melihat, target yang rendah ini juga berpotensi membuat jumlah penawaran yang masuk cenderung lebih terbatas.

Kendati begitu, menurut dia, saat ini kondisi pasar obligasi jauh lebih baik jika dibanding saat pagelaran lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pekan lalu.

Baca juga: Pemerintah Akan Kembali Tarik Utang lewat Lelang SUN Pekan Depan

Ia bilang, saat itu pelaku pasar mengambil sikap wait and see karena menanti arah keputusan The Fed terkait tapering dan kenaikan suku bunga acuan.

Seiring kini kondisnya sudah jelas, di mana pengurangan pembelian obligasi berpotensi dimulai pada November dan kemungkinan suku bunga acuan yang naik pada tahun depan, Fikri melihat permintaan terhadap SBN akan naik.

Pada lelang SUN Selasa (28/9), menurutnya jumlah penawaran yang masuk bisa akan mencapai kisaran Rp 80 triliun.

Faktor likuiditas yang cukup tinggi serta pelaku pasar yang sudah menahan diri baik di pasar primer maupun sekunder pada pekan lalu bisa mendorong jumlah penawaran yang masuk.

Fikri meyakini, dengan sentimen tapering dengan kenaikan suku bunga acuan, seri-seri pendek akan cenderung dihindari investor.

Baca juga: Lagi, Pemerintah Minta Bantuan BI Serap Surat Utang Rp 224 Triliun

Tak pelak, seri menengah–panjang diperkirakan akan menjadi incaran para peserta lelang besok.

“Selain itu, efek tapering dan naiknya suku bunga acuan juga akan membuat weighted average yield (WAY) pada lelang besok jauh akan lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya. Hal ini juga pada akhirnya membuat pemerintah mengurangi target indikatif yang dimenangkan,” pungkas Fikri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com