JAKARTA, KOMPAS.com - Mengelola manajemen keuangan adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki pengusaha, terutama UMKM ketika menjalankan bisnisnya.
Sebab, dengan mengetahui arus kas keuangan, bisnis bisa dibawa ke arah mana saja, entah itu mau memperbesar skala usahanya lagi ataupun sebaliknya.
Beruntung, Rahmad Efendi, salah satu pengusaha printing sablon di Malang, mengikuti pelatihan di wadah inkubasi usaha Ultra Mikro (UMi) yang diselenggarakan oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP).
Baca juga: Mengenal Perbedaan UKM, UMKM dan Ultra Mikro (UMi)
Rahmad mengaku, selama mengikuti pelatihan, mendapatkan banyak materi yang relevan yang dibutuhkan untuk mengembangkan usahanya.
"Terutama untuk materi pengelolaan manajemen keuangan. Di sana saya betul-betul diajari detail dan diajari bagaimana membuat perencanaan keuangan bilamana pemasukan hanya dari uang muka saja (DP) ketika ada orderan, sementara modal harus kembali," ujar Rahmad saat Media Gathering Inkubasi UMi yang disiarkan secara virtual, Selasa (26/10/2021).
Diakuinya, sejak mengikuti pelatihan tersebut, dia pun semakin handal memutar uangnya. Sebelum mengikuti pelatihan hanya mendapatkan omzet Rp 5 juta per bulan, kini dia berhasil mendapatkan omzet menjadi Rp 10 juta per bulan.
"Konsumen saya juga semakin banyak ada yang berasal dari perorangan dan ada perusahaan, bahkan perbankan," ungka dia.
Tak hanya membuka usaha printing, Rahmad juga memperluas pasarnya dengan menjual souvenir yang beraneka ragam, mulai dari souvenir mainan yang kecil hingga anyaman.
Baca juga: Cerita Pengusaha Tahu Tuna, Omzet Naik 2 Kali Lipat Lewat Program Wadah Usaha UMi
Rahmad juga mengaku, selama pandemi pendapatannya turun drastis, lantaran pesanan souvenirnya yang dipesan untuk acara seminar dibatalkan.
Namun, dia harus memutar otak untuk bertahan hingga memutuskan menjual usaha paketan sembako.
"Kan waktu pandemi banyak perusahaan yang ngasih sembako gitu untuk aksi sosial, nah kita bikin usaha itu. Kalau ada yang mau request mau dibikin apa dan berapa kita bisa, sesuai budgetnya," kata dia.
Manfaat pelatihan usaha Ultra Mikro (UMi) yang diusung oleh PIP juga dirasakan oleh Nonoy Nurhasanah, pemilik usaha makanan serabi Jaya di Majalengka, Jawa Barat.
Dia menceritakan, awalnya dia hanya iseng membuat serabi. Namun, ketika diberikan ke tetangganya, banyak yang suka.
Baca juga: Dorong UMKM Bertahan di Masa Pandemi, PIP Luncurkan Kampanye “Bersama Sahabat – UMi Bangkit”
Dari sanalah muncul idenya untuk menjual usaha serabi. Mulanya, ia membuka usaha kecil-kecilan. Kemudian ia pun meminjam modal ke PNM untuk membuka usahanya agar semakin besar.
Dia bilang, selama mengikuti pelatihan dan inkubasi, dia mendapatkan materi mulai dari mengatur arus kas, hingga belajar membuat kemasan semenarik mungkin.
"Alhamdullilah sejak tahu materi-materi itu penjualan saya naik. Awalnya sehari itu hanya bisa buat serabi 4-5 kilogram dan sekarang 11 kilogram karena banyak yang mesan," kata Nonoy.
Pelanggannya bertumbuh karena Nonoy juga menjual makanannya melalui media sosial Facebook.
"Yah selama pembelajaran itu diajari juga berjualan di media sosial, jadi saya hanya upload ke Facebook sama WhatsApp, banyak yang beli, Alhamdulliah," kata dia.
Baca juga: Kementerian BUMN: Holding UMi Dibentuk Buat Lindungi UMKM dari Rentenir
Program Inkubasi UMi dilakukan melalui kerjasama dengan dua lembaga inkubator yaitu Pusat Inkubator Bisnis Oorange Universitas Padjajaran - Jawa Barat, dan Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya (BIIW-UB) - Jawa Timur.
Program ini dilakukan selama 3-4 bulan dan diikuti oleh 55 debitur. Mereka akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan seputar peningkatan pengetahuan usaha, perbaikan kualitas produk, legalitas usaha dan legalitas produk, pemasaran digital, manajemen keuangan, dan lain-lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.