Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Tangki Kilang Cilacap, Bagaimana Dampaknya ke Pertamina?

Kompas.com - 15/11/2021, 06:08 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk kedua kalinya kebakaran terjadi pada tangki di area Kilang Cilacap milik PT Pertamina dalam kurun lima bulan terakhir ini. Yang terbaru, kebakaran melanda satu unit tangki berisi produk Pertalite di Kilang Cilacap pada Sabtu (13/11/2021).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov mengatakan, ada sejumlah dampak yang timbul dari insiden kebakaran kali ini.

Kebakaran tangki di area kilang berpotensi memberi dampak buruk pada reputasi dan kredibilitas PT Kilang Pertamina Internasional sebagai subholding. Lebih luas, hal ini juga berdampak pada PT Pertamina selaku holding yang tengah dihadapkan pada tantangan untuk menggaet investor.

Baca juga: Kebakaran Tangki Kilang Terjadi Berulang Kali, Kementerian BUMN Minta Pertamina Evaluasi Manajemen

"Ini juga bisa berdampak pada reputasi dan kredibilitas Pertamina sebagai holding untuk meyakinkan, mengajak investor-investor dunia," ucap Abra seperti dikutip dari Kontan.co.id, Minggu (14/11/2021).

Menurut dia, dampak kebakaran ini tidak hanya akan mempengaruhi rencana investasi pada proyek-proyek kilang namun juga pada proyek Pertamina lainnya.

Apalagi bagi sejumlah investor, mereka akan melakukan perhitungan mengenai prospek dari suatu proyek termasuk aspek keamanan proyek tersebut. Proyek yang tidak menjamin keamanan cenderung akan kian meningkatkan biaya investasi yang ada.

Selain berdampak pada reputasi, Pertamina juga harus menanggung kerugian materil. Abra, dalam perhitungannya menyebut, tangki yang terbakar dengan kapasitas sekitar 31.000 kiloliter (kl) terisi penuh maka ada kerugian yang cukup besar bagi Pertamina.

"Saya melakukan kalkulasi kasar, dengan tangki 31.000 kl itu kerugian mencapai Rp 237 miliar dengan harga Pertalite," kata Abra.

Tak sampai disitu, masih ada kerugian lain yang mungkin timbul yakni dari infrastruktur sekitar yang terdampak serta biaya yang diperlukan untuk membangun kembali aset yang terbakar.

Berkaca dari kondisi ini, Abra menilai, ada evaluasi yang belum optimal dari manajemen Pertamina pasca kebakaran pertama kali di Juni lalu.

Untuk itu sebut dia, perlu ada transparansi dari Pertamina seputar upaya investigasi yang dilakukan pada kejadian pertama dan juga kejadian kali ini.

Dia mengatakan tanggung jawab tak hanya diemban PT KPI tapi juga oleh PT Pertamina selaku holding. Dewan komisaris dan direksi dinilai juga perlu bertanggung jawab atas insiden ini.

Baca juga: Insiden Kebakaran Kilang Pertamina di Cilacap, Masyarakat Diminta Tidak Panic Buying

Abra menambahkan, jika kemudian ditemui penyebab kebakaran dikarenakan faktor alam yakni petir maka ada potensi kejadian serupa kembali terulang ke depannya.

"Potensi terjadinya kejadian serupa di tangki lain sangat besar, karena sistem safetynya sama antar tangki, antar satu kompleks kilang itu," ujar Abra.

Baca juga: Kilang Cilacap Terbakar, Stok BBM dan Elpiji Aman hingga Akhir Tahun

Untuk itu, Abra meminta Pertamina secara terbuka menjelaskan upaya pengembangan apa saja yang sudah dilakukan untuk meningkatkan sistem keamanan infrastruktur kilang yang ada.

Selain itu, Abra menekankan agar dalam langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan, jangan sampai menomorduakan aspek keselamatan. Untuk itu, tidak boleh ada pemotongan biaya operasional dalam menjaga aspek keselamatan infrastruktur khususnya kilang. (Filemon Agung)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Berapa potensi kerugian Pertamina dari insiden kebakaran tangki Kilang Cilacap?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com