Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transisi ke Energi Hijau Butuh Dana Besar, Swasta Perlu Dilibatkan

Kompas.com - 03/03/2022, 11:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah tengah berupaya melakukan transisi energi dari penggunaan energi fosil ke energi hijau. Namun, kendala yang harus dihadapi dalam melakukan transisi energi adalah biayanya yang mahal.

Kepala Kajian Ekonomi Lingkungan LPEM FEB UI Alin Halimatussadiah mengatakan, butuh dana yang besar untuk bisa mengoperasikan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Tentunya dengan melihat kondisi keuangan negara, hal itu tak memungkinkan untuk ditanggung pemerintah saja.

"Finansial ini memang satu sisi yang cukup besar, karena transisi menuju green economi itu membutuhkan biaya yang bukan cukup besar, tapi sangat besar," ungkapnya dalam webinar KompasTalks, Rabu (2/3/2022).

Baca juga: Harga Minyak Tinggi, Pengamat: Saatnya Pindah Ke Energi Terbarukan

Menurutnya, perlu ada keterlibatan pihak swasta untuk bisa mendorong transisi energi di Indonesia bisa benar-benar berjalan. Kolaborasi antara pemerintah dan swasta diyakini dapat mengatasi persoalan mahalnya biaya transisi ke energi hijau.

Alin menilai, pemerintah harus menjadi pemantik untuk memicu minat swasta masuk ke sektor energi terbarukan. Hal itu dapat dilakukan dengan pememberikan berbagai insentif menarik yang membuat swasta ingin mengembangkan pembangkita berbasis energi terbarukan.

"Jangan semua diberikan bebannya kepada pemerintah, tapi pemerintah harus memberikan pemicu kepada swasta supaya ikut bergerak (mendukung transisi energi), maka harus betul model insentif yang diberikan," kata dia.

Ia mengatakan, pembangkit energi terbarukan merupakan hal baru yang tengah dikembangkan sehingga skalanya terbilang masih kecil dan sulit dilakukan efisiensi. Namun, bila banyak pihak yang terlibat dan pengembangan semakin intens maka akan memungkinkan ke depannya untuk bisa dilakukan efisiensi seoptimal mungkin.

Baca juga: G20 dan Upaya Pemerintah Dorong Energi Hijau Lewat Kendaraan Listrik

Tak hanya mendorong swasta untuk mendukung transisi energi, Alin menilai, pemerintah juga perlu mendorong swasta untuk menjalankan praktik environmental, social, and governance (ESG) atau lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam proses bisnisnya.

Hal itu untuk menekan dampak kerusakan lingkungan dari proses bisnis yang dilakukan. Selain itu, untuk mendukung target Indonesia menurunkan emisi sebanyak 29 persen di 2030 dan mencapai emisi nol atau net zero emission pada 2060.

"Kebanyakan kerusakan itu karena aktivitas produksi, maka bagaiman caranya membuat perusahaan melakukan aktivitas bisnisnya atau produksinya secara bertanggung jawab. Tidak boleh hanya sekedar mengambil keuntungan, tapi juga harus meminimalisir dampaknya," kata Alin.

Baca juga: BI: Transisi Energi Terbarukan Butuh Dana Rp 50.000 Triliun Per Tahun

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Whats New
Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Earn Smart
Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Earn Smart
Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com