Shanghai menjadi salah satu kota yang sudah mengumumkan penutupan lingkungan dan bangunan tertentu. Otoritas kesehatan China sudah memperingatkan pula bahwa pembatasan aktivitas yang lebih ketat akan segera dilakukan.
Letupan wabah kali ini di China berpusar di provinsi Jilin yang berbatasan langsung dengan Korea Utara. Di Jilin, dilaporkan lebih dari 3.000 kasus baru Covid-19 dalam sehari pada Senin (14/3/2022). Warga provinsi ini dilarang keluar wilayah tersebut pada Senin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) bertahan di zona hijau hingga Selasa pukul 10.50 WIB.
Di tengah tren bursa Asia yang memerah karena sentimen pandemi di China, IHSG pada Senin (14/3/2022) justru mencatatkan lagi rekor tertinggi penutupan sepanjang masa. Pada Senin, IHSG tercatat naik 0,43 persen atau 29,6 poin ke level 6.952,2.
Disokong pembelian asing untuk saham perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar Indonesia dan perusahaan telekomunikasi pelat merah, IHSG pada Selasa sempat menyentuh level 6.989,562 dalam setengah jam pertama perdagangan.
Meski masih bertahan di zona hijau, IHSG kemudian melambat dan sempat kembali mendekati level pembukaan pasar. Menjelang jeda perdagangan, IHSG masih berusaha merangkak naik dan berada di level 6.960,828 pada pukul 10.50 WIB, sebelum terjungkal ke level 6.943,729 pada lima menit berikutnya.
Selama jeda makan siang, IHSG tertahan di level 6937,642, setelah sedikit beriak pada rentang waktu pukul 11.15-11.35 WIB. Net buy oleh investor asing hingga senilai Rp 1,5 triliun tak menyelamatkan indeks di sesi pertama perdagangan Selasa.
Sentimen perang Rusia-Ukraina, perkembangan Covid-19 di China, dan kebijakan The Fed diyakini sedikit banyak akan berdampak pula bagi Indonesia, sekalipun diprediksi tidak semengguncang sejumlah krisis ekonomi global sebelumnya, termasuk saat The Fed mengetatkan pelonggaran yang sebelumnya menjadi kebijakan.
Baca juga: Pak Jokowi, Beker Sudah Berbunyi Nyaring...
Inflasi tinggi di Amerika Serikat karena sejumlah pemicu yang sudah menaikkan besaran imbal hasil US Treasury, menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bisa ikut mengerek suku bunga surat berharga negara (SBN). Nilai tukar rupiah pun secara terbatas bisa ikut terdampak, seturut pergerakan aliran modal asing.
Adapun lantai bursa Indonesia masih menyimpan amunisi untuk bertahan di zona hijau dengan tren laporan kinerja 2021 yang membaik dan Ramadhan yang sudah menjelang.
Meski demikian, kondisi pasar komoditas yang babak belur karena perang Rusia-Ukraina dan sejumlah kebijakan pemerintah atas komoditas utama Indonesia patut dicermati para investor.
Isu yang langsung berdampak pada perekonomian Indonesia adalah lonjakan harga minyak dan sejumlah gejolak di pasar komoditas.
Baca juga: Ramadhan Sebentar Lagi, Cek Insight Google buat Usaha dan Jualan
Meski harapan negosiasi perang Rusia-Ukraina menuju sinyal perdamaian dan ada ancaman penurunan permintaan pasar karena perkembangan situasi pandemi di China, harga minyak dunia hingga Selasa (15/3/2022) tetaplah lebih mahal sekitar 40 dollar AS per barrel dibanding asumsi makro APBN 2022.
Mengingat posisi Indonesia sebagai net importer minyak, situasi harga ini memberikan pilihan yang serba tidak enak. Bila mengikuti harga pasar berarti kenaikan harga mungkin terjadi hingga ke level bahan bakar minyak (BBM) di tingkat pengguna.
Padahal, kenaikan harga BBM akan cenderung diikuti kenaikan aneka barang, ongkos transportasi, dan biaya listrik. Sebaliknya, bila harga BBM tidak disesuaikan dengan harga pasar, beban subsidi dari sejumlah BBM tertentu akan membengkak pula.
Baca juga: Rusia Jadi Negara Kena Sanksi Terbanyak, Apa Pengaruhnya buat Kita?