Berapa pun jumlahnya, mendapatkan bunga tentu menguntungkan dan menambah semangat menabung.
Menyiapkan dana darurat mungkin disepelekan karena seseorang tidak pernah tahu kapan hal buruk atau tidak terduga terjadi. Terlebih, seseorang atau keluarga telah membayar asuransi kesehatan, kendaraan, dan lainnya.
Masalahnya, jika seseorang tidak mampu mengatasi suatu masalah finansial, persoalan lain yang sebelumnya kecil bisa menjadi besar. Contohnya adalah telat berobat atau membayar utang yang menimbulkan kerugian fisik dan perencanaan keuangan.
Berikut beberapa risiko atau konsekuensi jika tidak memiliki dana darurat.
Orang yang tidak memiliki dana darurat kemungkinan besar akan menggunakan kartu kredit atau pinjaman uang lainnya untuk mencukupi kebutuhan tak terduga.
Baca juga: Mau Dapat Penghasilan Tambahan Lumayan? Ini Ragam Bisnis yang Bisa Dicoba
Berutang atau menggunakan kartu kredit dalam kurun waktu tertentu secara terus menerus tentu akan memberatkan peminjam.
Lebih buruk lagi, telat membayar bisa memperburuk skor kredit seseorang untuk mendapatkan pinjaman. Belum lagi ada biaya bulanan dan denda karena telat membayar yang akan semakin memperburuk masalah.
Dana darurat berguna untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga terjadi. Oleh karenanya, hal itu bisa menjadi masalah jika seseorang memiliki pegangan.
Tanpa dana darurat, atap rumah yang bocor, ban mobil yang harus diganti, laptop yang rusak, dan barang lain yang harus segera diganti bisa menambah masalah pekerjaan dan kenyamanan.
Tak hanya itu, dana darurat bisa dimanfaatkan untuk membayar cicilan ketika musibah terjadi. Jika tidak memiliki dana darurat, seseorang juga berpotensi kehilangan rumah, kendaraan, dan barang lainnya.
Bagi seorang atau anggota keluarga yang memerlukan pengobatan jalan tapi tidak ditanggung asuransi kesehatan, tidak memiliki dana darurat bisa memperburuk kesehatan.
Baca juga: Tidak Sembarangan, Ini Bisnis yang Cocok untuk Pemula
Hal itu juga menambah hal buruk lainnya, seperti timbulnya komplikasi, mengganggu pekerjaan, hingga biaya berobat yang membengkak.
Seperti disinggung di atas, dana darurat idealnya ditaruh di rekening berbeda atau menggunakan layanan keuangan tertentu. Hal ini tentu membedakan dana darurat dari tabungan keluarga biasa.
Dari tujuannya, dana darurat digunakan untuk memenuhi kebutuhan saat hal tak terduga terjadi. Sebaliknya, tabungan biasa bisa digunakan untuk keperluan lain, termasuk yang sifatnya tidak terlalu penting.
Dana tabungan digunakan untuk membeli jasa atau barang yang sifatnya penting pada masa-masa keuangan yang cenderung sedang stabil dan keputusan memakai dana ini bukanlah sesuatu yang selalu bersifat urgen.
Selain sebagai uang kas keluarga, dana tabungan juga bisa dipecah-pecah lagi ke beberapa tujuan, seperti tabungan uang muka rumah, pensiun, hingga liburan.
Baca juga: Sama-sama Penting, Ini Bedanya Dana Darurat dengan Tabungan
Sebagai contoh, tabungan keluarga bisa dikeluarkan untuk biaya pendidikan anak pada masa depan, membeli mobil baru, perjalanan ibadah, hingga liburan keliling dunia.
Sementara itu, dana darurat dikeluarkan untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, biaya kesehatan, tagihan pendidikan, harga cicilan atau perbaikan rumah dan kendaraan.
Lantas, mana yang lebih penting? Keduanya sama-sama penting. Namun, dana darurat sepatutnya didahulukan karena akan membantu menghadapi kebutuhan mendesak.
Setelah mengetahui alasan pentingnya mempersiapkan dana darurat dan konsekuensi jika tidak memilikinya, berikut tips dan strategi mengatur dana darurat bagi keluarga.
Sebelum mempersiapkan dana darurat, pahami dulu kondisi keuangan, seperti berapa penghasilan dan pengeluaran setiap bulan.
Baca juga: Ini Pentingnya Dana Darurat bagi Pelajar dan Mahasiswa
Dengan mencatat arus kas, hal tersebut akan memudahkan untuk menyisihkan uang khusus dana darurat, termasuk untuk keperluan lain, seperti berinvestasi dan menabung.
Memahami kondisi keuangan juga penting untuk membuat perencanaan keuangan dan menentukan prioritas, seperti alokasi dana darurat, dana tabungan, hingga investasi.
Di samping itu, tak kalah penting untuk memahami kondisi finansial sendiri juga mencegah melakukan pengeluaran yang tidak perlu.
Setelah mengetahui besaran uang yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari, lakukan perhitungan prediktif untuk mencukupinya per bulan.
Sebagai contoh, untuk keluarga berpenghasilan Rp 5 juta per bulan dan pengeluaran Rp 4 juta per bulan memiliki sisa uang Rp 1 juta untuk ditabung.