Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neraca Dagang RI Surplus Lagi 4,53 Miliar Dollar AS, Terbesar dengan AS

Kompas.com - 18/04/2022, 12:35 WIB
Fika Nurul Ulya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 tercatat surplus sebesar 4,53 miliar dollar AS.

Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan mencapai 9,33 miliar dollar AS. Nilainya jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,52 miliar dollar AS, maupun tahun 2020 sebesar 2,54 miliar dollar AS.

"Surplus neraca perdagangan pada bulan Maret 2022 sebesar 4,53 miliar dollar AS. Kalau dari catatan kami, neraca perdagangan sudah surplus untuk 23 bulan beruntun," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (18/4/2022).

Baca juga: Surplus Neraca Dagang RI Tembus 35 Miliar Dollar AS, Tertinggi sejak 15 Tahun Terakhir

Margo menuturkan, komoditas terbesar menyumbang surplus pada Maret 2022 masih dipegang oleh bahan bakar mineral (HS27), diikuti minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Surplus terjadi dengan tiga negara, yakni AS, India, dan Filipina.

Margo menjelaskan, surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) adalah yang tertinggi. Nilainya mencapai 2.039,8 juta dollar AS.

"Komoditas penyumbang surplus adalah lemak dan minyak hewan nabati, serta alas kaki (HS64)," beber Margo.

Baca juga: Kemendag Optimistis Surplus Neraca Dagang Tembus 2 Kali Lipat di Akhir Tahun

Sementara itu, surplus dengan India mencapai 1.211,5 juta dollar AS. Komoditas penyumbang surplus, yakni bahan bakar mineral, serta lemak dan minyak hewan nabati.

Sedangkan dengan Filipina, surplus mencapai 916,9 juta dollar AS. Komoditas penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral, serta kendaraan dan bagiannya

"Mudah-mudahan tren surplus terus meningkat dan memberikan dampak pada pemulihan ekonomi di Indonesia," ucap Margo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com