Jika merujuk ilustrasi "bekerja dengan standar gaji Jakarta tetapi hidup di Yogyakarta" seperti diulas pada tulisan pertama dari serial ini, sejumlah keuntungan dari pandangan ini cenderung menemukan relevansinya. Meski demikian, terdapat sejumlah kekhawatiran perihal praktik WFA.
Choudhory, dalam artikel yang sama menulis bahwa aspek-aspek komunikasi, curah pendapat, dan pemecahan masalah, menjadi tantangan tersendiri dalam atmosfer WFH atau WFA. Komunikasi secara sinkronus, misalnya, menjadi tantangan tersendiri terutama bagi para pekerja yang tersebar di sejumlah zona waktu.
Selain itu, praktik berbagi pengetahuan, sosialisasi, persahabatan, mentoring, evaluasi kinerja dan pemberian kompensasi, serta keamanan data dan regulasi perusahaan, menjadi beberapa hal lain yang juga harus menjadi perhatian dalam konteks WFH atau WFA.
Pada akhirnya, keputusan untuk menjalani model WFA dan atau WFH memiliki sejumlah sisi positif dan juga tantangan. Hal penting untuk dingat adalah potensi digital divide dalam konteks infrastruktur dan atau literasi digital untuk mengadopsi metode WFA dan atau WFH.
Menjalani tiga tahun berjalan pandemi Covid-19, sejumlah riset dalam beberapa bulan terakhir menyoroti praktik WFH atau WFA beserta peluangnya untuk diperpanjang atau tidak selepas wabah reda. Di antara kekhawatiran yang mencuat adalah soal kualitas dan produktivitas pekerja bila praktik WFH atau WFA ini berlanjut selepas pandemi Covid-19.
Apollo Technical, misalnya, menyitir sejumlah riset terbaru yang menurut mereka menyodorkan fakta statistik mengejutkan soal kinerja dan produktivitas oleh mereka yang menjalani WFH atau WFA. Di dalam artikel yang dilansir agensi perekrutan tenaga kerja itu, tersedia pula keuntungan dan sebaliknya tantangan dari praktik WFH atau WFA.
Sepanjang 2022, Bloomberg menjadi salah satu media bisnis yang cukup sering mengangkat aneka kajian mendalam tentang praktik WFH atau WFA terkait kinerja dan produktivitas, termasuk kekhawatiran yang diakui para pelaku WFH atau WFA tentang masa depan karier sebagai salah satu risiko yang mungkin terjadi untuk pilihan ini.
Artikel berjudul Work From Home or Return to the Office? A Rift is Emerging Among U.S. Workers, misalnya, menyoroti pertentangan antara "kubu" yang mendukung berlanjutnya WFH atau WFH dan mereka yang memandang buruk model kerja ini bagi perusahaan.
Lalu, artikel berjudul Working From Home Isn’t a Free Company Benefit, menganalisis keuntungan dan tantangan yang dihadapi perusahaan dengan sodoran riset dan data yang terkumpul selama pandemi Covid-19.
Aneka riset, data, dan kajian di beragam sumber di atas merupakan pertimbangan-pertimbangan yang penting untuk disigi lebih dalam guna menghindari apa yang disebut Bloom sebagai "bom waktu ketidaksetaraan" dalam konteks perekonomian yang didasarkan pada praktik kerja jarak jauh.
Catatan:
Sebagian isi tulisan ini pernah terbit dalam blog Nurvirta Monarizqa, berjudul Gaji Jakarta Tinggal di Jogja, Realistiskah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.