Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Membumikan dan Memperluas Dampak Ekonomi Presidensi G20

Kompas.com - 15/11/2022, 08:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lalu, apa sesungguhnya dampak pelaksanaan Presidensi G20 bagi perekomian Indonesia?
Secara umum, dampak ekonomis Presidensi G20 bagi Indonesia sangat banyak. Dampak tersebut dapat ditelaah melalui dua jalur isu strategis yang dibahas pada Forum G20, yaitu finance track dan sherpa track.

Sesuai dengan namanya, finance track membahas tentang isu-isu keuangan, seperti kebijakan fiskal, moneter dan riil, investasi infrastruktur, regulasi keuangan, inklusi keuangan, dan perpajakan internasional.

Sedangkan sherpa track membahas bidang-bidang yang lebih luas di luar isu keuangan, seperti anti korupsi, ekonomi digital, lapangan kerja, pertanian, pendidikan, urusan luar negeri, budaya, kesehatan, pembangunan, lingkungan, pariwisata, energi berkelanjutan, perdagangan, investasi, industri, dan pemberdayaan perempuan.

Seluruh agenda pertemuan G20 yang dilaksanakan sepanjang tahun 2022 disesuaikan dengan sektor pembahasan isu di atas. Pertemuan-pertemuan tersebut menghasilkan communique yang berisi komitmen dan pernyataan bersama tentang isu global terkini dan hasil konsensus para anggota forum G20 kepada publik.

Communique yang dihasilkan tersebut mengandung berbagai manfaat, terutama bagi perekonomian Indonesia. Namun demikian ada kemungkinan komunike KTT G20 tanpa komunike karena kompleksnya kondisi dunia saat ini

Dapat dicatat, beberapa manfaat perekomian yang dapat diterima Indonesia dari pelaksanaan Forum G20 adalah sebagai berikut.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, gelaran G20 akan menciptakan kontribusi sebesar 533 juta dolar atau sekitar Rp 7,4 triliun pada PDB Indonesia. Sedangkan, peningkatan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun.

Dari sisi pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyebut gelaran G20 berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta – 3,6 juta dan 600 ribu – 700 ribu lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus sektor kuliner, fashion, dan kriya.

Baca juga: Saat Jokowi Mendadak Sambangi Media Center dan Sapa Pewarta G20...

Presidensi G20 Indonesia menjadi momentum untuk mengangkat ekonomi lokal dan pelaku UMKM. Menurut Menteri Koperasi dan UMK, Teten Masduki, rangkaian kegiatan G20 di Indonesia melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000 orang.

Presidensi G20 juga mendorong investasi pada UMKM dalam negeri, mengingat saat ini 80 persen investor global berasal dari negara-negara G20.

Membumikan dan memperluas dampak Presidensi G20

Tak dapat dipungkiri, Presidensi G20 terarah pada pemulihan ekonomi nasional yang terdampak pandemi Covid-19.

Untuk membumikan dan memperluas dampak Presidensi G20, atau untuk mencapai pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, pemerintah berkomitmen melanjutkan grand strategy pada tahun 2023 dan mendorong kemajuan di seluruh sektor ekonomi.

Di sektor investasi misalnya, pemerintah mendorong kembali reformasi struktural. Salah satunya melalui implementasi UU Cipta Kerja dan peraturan turunannya terutama terkait dengan penyederhanaan dan kemudahan di dalam proses perizinan, dan perluasan berbagai bidang usaha untuk investasi.

Hal ini ditempuh karena Presidensi G020 dan Busines 20 (B20) memberi peluang bagi peningkatan investasi Indonesia.

Optimisme tersebut muncul karena di tahun 2020 misalnya, realisasi investasi tercatat senilai Rp 826,3 triliun, tumbuh 2,06 persen (yoy). Sementara di 2021 tumbuh 9,0 persen (yoy) menjadi Rp 901,02 triliun. Dari data tersebut, investasi asing tahun tumbuh paling besar, yaitu 10 persen (yoy) atau Rp 454 triliun.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com