Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Bernafas Lega Lolos dari "Bencana" Gagal Bayar Utang

Kompas.com - 02/06/2023, 16:04 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber BBC

WASHINGTON, KOMPAS.com - Kongres Amerika Serikat (AS) telah menyetujui kesepakatan untuk menaikkan pagu utang negara yang telah mencapai batasnya.

Keputusan ini diambil beberapa hari sebelum ekonomi negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu dinyatakan gagal bayar pada 5 Juni 2023.

Tindakan bipartisan ini melaju melalui Senat dengan suara 63-36 sehari setelah disetujui Dewan Perwakilan AS.

Baca juga: Wall Street Hijau berkat Kesepakatan Plafon Utang AS

Keputusan pada Rancangan Undang-Undang ini menghindarkan AS dari bencana gagal bayar sebesar 31,4 triliun dollar AS.

Penting dicatat, gagal bayar AS akan membatasi kemampuan pemerintah meminjam lebih banyak uang atau membayar tagihannya.

Gagal bayar utang AS juga akan mendatangkan malapetaka ekonomi ke seluruh dunia.

Baca juga: Plafon Utang AS Disepakati, Harga Emas Dunia Turun


Dalam sesi Kamis malam waktu setempat, RUU disahkan dengan dukungan dari 44 Demokrat dan 17 Republik, ditambah 2 independen.

Para senator pertama kali mengusulkan 11 amandemen pada tagihan plafon utang, tetapi semuanya ditolak dengan cepat, membuka jalan untuk pemungutan suara terakhir.

Pasalnya ketika salah satu amandemen disahkan, seluruh RUU harus dikirim kembali ke DPR. Hal ini menyisakan sedikit waktu untuk memastikan pengesahan terakhir dari tindakan tersebut sebelum AS jatuh dari tebing fiskal.

Baca juga: Soal Plafon Utang AS, Biden: Kabar Baik...

"Amerika bisa bernafas lega, lega karena dalam proses ini kita menghindari gagal bayar," kata pemimpin Mayoritas Demokrat Chuck Schumer kepada Senat, dikutip dari BBC, Jumat (2/6/2023).

Perjanjian tersebut menangguhkan pagu utang AS, batas pengeluaran yang ditetapkan Kongres yang menentukan berapa banyak uang yang dapat dipinjam pemerintah hingga 1 Januari 2025.

Kantor Anggaran Kongres yang independen menyebut, undang-undang tersebut akan menghasilkan penghematan 1,5 triliun dollar AS selama satu dekade.

Baca juga: Ketua LPS Beberkan Dampak Positif dan Negatif dari Potensi Gagal Bayar Utang AS

Sebagai catatan, terakhir kali AS nyaris melampaui batas utangnya pada 2011. Kala itu, lembaga kredit Standard & Poor's menurunkan peringkat utang negara itu.

Sebagai informasi, menjelang pemungutan suara Senat, pasar saham AS memperoleh keuntungan, dengan Dow ditutup 0,5 persen lebih tinggi. 

Sementara, Indeks S&P 500 yang lebih luas naik 1 persen dan Nasdaq yang padat teknologi mengakhiri hari dengan 1,3 persen lebih tinggi.

Baca juga: Ancaman Gagal Bayar Utang AS, Kemenkeu: Pasar Keuangan Indonesia Masih Terjaga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com