Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artificial Intelligence Dinilai Bakal Geser Pekerjaan "Kerah Putih"

Kompas.com - 12/08/2023, 20:40 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom pemenang hadiah Nobel Paul Krugman mengatakan, ledakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan menghapus beberapa pekerjaan.

Ia bahkan menambahkan, mungkin tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi.

Menurut ekonom yang kerap menulis tentang kebijakan ekonomi dan dampak luasnya itu, Artificial Intelligence terlalu menyebar untuk menjamin intervensi besar dari pemerintah.

Dengan kata lain, ledakan kecerdasan buatan atau AI kemungkinan besar akan menghapus beberapa pekerjaan kerah putih, atau pekerjaa di atas pekerjaan kasar secara merata.

Baca juga: Google Bangun Perangkat AI untuk Jurnalis

Sebaliknya, AI mungkin tidak akan menghancurkan satu wilayah atau kelompok sosial tertentu.

Ketika hal itu terjadi, akan sulit untuk merancang kebijakan perbaikan demi membantu karyawan yang kehilangan pekerjaannya.

"Saya rasa tidak banyak yang dapat Anda lakukan selain mencoba melarang tekonologi sama sekali, yang tidak akan berhasil," ujar Krugman dilansir dari Business Insider, Sabtu (12/8/2023).

Ia menambahkan, banyak pekerjaan kerah putih yang tidak berakar pada pemikiran kreatif atau orisinalitas terancam oleh alat seperti ChatGPT.

"Berapa banyak orang di dunia nyata yang benar-benar kreatif? Berapa banyak pekerjaan yang kita bayar dengan banyak uang kepada orang-orang sebenarnya sangat mirip dengan koreksi otomatis yang diperluas? Menurut saya jawabannya cukup banyak. Jadi ini berpotensi hal yang sangat besar, dan bisa menggantikan banyak pekerjaan," papar dia.

Meskipun begitu, dampak AI dan perubahan yang besar ini belum dapat diterjemahkan menjadi dampak yang terukur terhadap perekonomian.

Baca juga: 5 Cara AI Bantu Perusahaan Tingkatkan Kepuasan Kerja Karyawan

Krugman menyebut, masih sulit untuk mengukur dampak inovasi teknologi seperti Artificial Intelligence karena cara mengukur teknologi itu luar biasa.

Sebagai ilustrasi, di Amerika Serikat produktivitas negara meningkat 1 persen per tahun antara pertengahan 1990-an dan awal 2000-an.

Pertumbuhan itu dikaitkan dengan munculnya internet dan perusahaan akhirnya menemukan cara memanfaatkan teknologi informasi.

Padahal, beberapa pertumbuhan hanya datang dari hal yang lebih umum seperti perusahaan yang mulai mencari tahu cara penggunaan barcode untuk mengelola inventaris.

"Pada dasarnya teknologi adalah ukuran dari apa yang tidak dapat Anda jelaskan sebaliknya," tandas Krugman.

Baca juga: Apakah Artificial Intelligence (AI) akan Menghilangkan Banyak Pekerjaan di Masa Depan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com