Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia: Rasio Utang RI Lebih Rendah dari Malaysia hingga China

Kompas.com - 03/10/2023, 12:43 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia mencatat, rasio utang pemerintah Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih lebih rendah dibanding dengan negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. Hal ini dinilai tidak terlepas dari kebijakan fiskal yang terjaga.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan, Indonesia dan negara lain di kawasan Asia dan Pasifik tengah menghadapi pertumbuhan rasio utang yang signifikan selama satu dekade terakhir.

Salah satu penyebabnya ialah kebutuhan pembiayaan anggaran yang tinggi pada periode pandemi Covid-19.

Baca juga: Utang Pemerintah Kembali Meningkat, per Agustus Capai Rp 7.870,35 Triliun

Ilustrasi utang pemerintah, rasio utang pemerintah.SHUTTERSTOCK/INDZ Ilustrasi utang pemerintah, rasio utang pemerintah.

"Jadi kawasan yang dikenal sebagai kawasan yang hemat, mereka (Asia-Pasifik) mengalami tingkat utang yang sangat tinggi," ujar dia, dalam konferensi pers, dikutip Selasa (3/10/2023).

Berdasarkan data Bank Dunia, China dan Thailand menjadi dua negara dengan kenaikan tingkat rasio paling tinggi di kawasan Asia-Pasifik pada periode 2010-2023.

Tercatat rasio utang China dan Thailand sama-sama meningkat 26 persen menjadi masing-masing sebesar 51 persen dan 54 persen.

Kemudian, rasio utang pemerintah terhadap PDB Malaysia tercatat meningkat dari 49 persen menjadi 60 persen, serta Filipina meningkat dari 48 persen menjadi 60 persen. Sementara itu, rasio utang pemerintah Indonesia meningkat dari 25 persen menjadi 39 persen dari PDB.

Meskipun meningkat, Mattoo menilai, rasio utang pemerintah Indonesia masih terjaga. Pemerintah disebut mampu menerapkan kebijakan fiskal yang hati-hati.

Baca juga: Disebut Jebakan China, Berapa Bunga Utang Kereta Cepat?

"Indonesia merupakan salah satu negara yang melakukan konsolidasi dan menarik kembali dukungan yang telah diberikan selama masa pandemi Covid-19," tuturnya.

Selain itu, pemerintah juga mampu menjaga anggaran belanjanya, sehingga kebutuhan pembiayaan mampu ditekan. Salah satu kebijakan efisiensi anggaran yang menjadi sorotan Bank Dunia ialah penghapusan subsidi BBM secara bertahap.

Dengan kebijakan fiskal yang terjaga, Bank Dunia memperkirakan, rasio utang pemerintah Indonesia akan semakin susut. Bank Dunia memproyeksi, rasio utang pemerintah Indonesia turun menjadi 39 persen pada 2024 dan 38,4 persen pada 2025.

"Jadi menurut saya, saya tidak melihat tingkat utang ini sebagai sumber risiko yang besar," ucap Aaditya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Luhut Optimistis Upacara HUT RI Ke-79 Bisa Dilaksanakan di IKN

Luhut Optimistis Upacara HUT RI Ke-79 Bisa Dilaksanakan di IKN

Whats New
Perkuat Distribusi, Nestlé Indonesia Dukung PT Rukun Mitra Sejati Perluas Jaringan di Banda Aceh

Perkuat Distribusi, Nestlé Indonesia Dukung PT Rukun Mitra Sejati Perluas Jaringan di Banda Aceh

BrandzView
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Harga Emas Dunia Turun di Tengah Penantian Pasar

Harga Emas Dunia Turun di Tengah Penantian Pasar

Whats New
Resmi Melantai di BEI, Saham Emiten Aspal SOLA Naik 30 Persen

Resmi Melantai di BEI, Saham Emiten Aspal SOLA Naik 30 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com