Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Diperkirakan Jadi Pemain Utama dalam Pasokan Nikel Global

Kompas.com - 25/10/2023, 16:08 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Selain itu, untuk membangun smelter nikel, tingkat pengembalian investasi (IRR) yang diperlukan adalah sekitar 5-6 jumlah titik impas untuk NPI (Nickel Pig Iron).

Baca juga: Hilirisasi Bukan Nikel atau Tembaga Saja, IKM Pun Harus Berperan

Pemerintah menilai bank-bank lokal tampak tidak tertarik dengan tingkat pengembalian investasi yang menguntungkan ini. Mereka lebih cenderung memperhatikan kredit cadangan yang tersedia.

Padahal, Bahlil menilai ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mengembangkan bisnis yang memiliki potensi keuntungan tinggi dalam jangka waktu 5-6 tahun.

“Pertanyaan saya adalah kenapa perbankan tidak mau melihat ini, perbankan hanya melihat cadangan kredit saja. Padahal ini sangat bagus sekali, mana ada bisnis 5-6 tahun yang Break Even Point (balik modal),” jelas Bahlil.

Terkait dengan devisa yang dihasilkan dari hilirisasi nikel, Bahlil mengatakan terdapat klaim bahwa sebagian besar manfaatnya dinikmati oleh pihak asing. Ia menilai memang pihak asing perlu membayar utang dan bunga dari kredit luar negeri yang mereka dapatkan, tetapi keuntungan operasional (opex) dari industri ini lebih banyak masuk ke Indonesia.

Baca juga: Begini Regulasi Keamanan Kerja Smelter Nikel dan Implementasinya di PT GNI

“Bagaimana caranya kita dapat memperbaiki situasi ini? Salah satu saran saya adalah kolaborasi antara perbankan nasional dan investor lokal untuk membangun industri strategis yang memiliki tingkat pengembalian investasi yang menjanjikan. Peluang ini sangatlah baik,” kata dia.

Bahlil menekankan, pemerintah telah membuat perencanaan hilirisasi hingga tahun 2040, menuju Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045 dengan total investasi yang dibutuhkan sebesar 545,5 miliar dollar AS. Hal ini sebagai prasyarat Indonesia menjadi negara maju. Adapun 21 komoditas dan 8 sektor yang berbeda yang akan masuk dalam hilirisasi tersebut.

Baca juga: Soal Cadangan Nikel di RI Menipis, Bahlil: Di Papua Masih Banyak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com