El Nino berpotensi meningkatkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen dan serangan hama penyakit tanaman. Produktivitas hasil pertanian diperkirakan turun 15-20 persen.
Data Badan Pangan Nasional dan Badan Pusat Statistik, realisasi produksi beras sepanjang Januari-April 2023 mencapai 12,91 juta ton, turun 5,83 persen ketimbang periode sama tahun lalu mencapai 13,71 juta ton.
Masalah lain yang mengganggu produksi padi adalah kelangkaan pupuk. Padahal, pupuk merupakan salah satu faktor utama di samping pengairan yang membuat produksi padi di Ngawi mampu mencapai hasil fantastis, yakni 10,5 ton per hektare.
Menurut Presiden, kebutuhan pupuk Indonesia untuk jenis NPK, yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi bulir padi, sebesar 13 juta ton per tahun. Sementara pabrik-pabrik pupuk di Indonesia baru mampu berproduksi NPK maksimal 3,5 juta ton.
Sisanya, pupuk dari impor sebesar 6,3 juta ton, sehingga terdapat kekosongan/kekurangan jumlah pupuk secara nasional sebesar 3,2 juta ton.
Masalahnya, pupuk impor sebesar 6,3 juta ton sebagian besar didatangkan dari Rusia dan Ukraina yang saat ini sedang berperang. Dengan demikian, proses importasi pupuk ke Indonesia akan terganggu.
Pupuk impor harganya semakin mahal dan harganya mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan harga normal.
Pupuk merupakan salah satu unsur yang menjamin produktivitas tanaman padi yang selama ini telah mencapai puncaknya seperti di Ngawi tidak menjadi turun.
Dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok), pupuk yang dibutuhkan petani secara nasional di atas 20 juta ton. Sementara itu, kemampuan pemerintah berdasarkan anggaran yang disediakan APBN, setiap tahun hanya bisa membeli pupuk bersubsidi sebesar 8-9 juta ton saja.
Persoalan lain yang juga krusial adalah luas lahan baku sawah yang makin menyusut. Meskipun lahan pertaniannya yang dapat diolah seluas 55 juta hektare, namun luas lahan baku sawah hanya sekitar 7,46 juta hektare pada 2019.
Dwi Andreas Santosa, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB menyebut, meski ada program perluasan sawah dan food estate, luas lahan baku sawah tetap menyusut.
Pada 2013, luas lahan baku sawah 8,13 juta hektare, empat tahun kemudian menjadi 7,75 juta hektare. Luas ini terus menyusut menjadi 7,11 juta hektare pada 2018 dan terakhir 7,46 juta hektare pada 2019.
Untuk mempertahankan swasembada beras, luas baku sawah 7,46 juta hektare harus tetap dipertahankan oleh pemerintah bagaimanapun caranya.
Masalah SDM petani baik dari segi kuantitas dan kualitas juga tak kalah peliknya. Dari mulai regenerasi petani tua ke yang muda kurang berjalan dengan baik, kualitas SDM petani yang ada sekarang rata-rata berpendidikan SLTA kebawah, hingga jumlah petani yang menurun setiap tahunnya karena kurang minatnya generasi muda yang ingin jadi petani.
Oleh karena itu, wajar apabila program estate yang digagas oleh pemerintah dikerjakan oleh korporasi karena jumlah petani yang ada khususnya di luar Jawa sangat terbatas.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan terutama padi/beras, hanya ada 2 (dua) cara yang dapat ditempuh pemerintah, yakni melalui kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi sawah.
Intensifikasi sawah yang dimaksud adalah meningkatkan produksi sawah baku yang ada seoptimal mungkin dengan teknologi, pemupukan, dan pengairan yang cukup.
Sejak pemerintahan Jokowi (2014 hingga 2022), salah satu infrastruktur yang dibangun di bidang pertanian.
Tercatat, 29 bendungan sudah diresmikan dan tahun ini akan selesai lagi 38 bendungan dengan target sampai 2024 lebih dari 61 bendungan.
Membangun 4500 embung, 1,1 juta km jaringan irigasi dan pemanfaatan varietas unggul padi selama tujuh tahun terakhir.
Infrastruktur pertanian berupa bendungan dan jaringan irigasi membuka peluang intensifikasi luas baku lahan sawah yang tadinya panen sekali dalam setahun menjadi tiga kali dalam setahun.
Di samping itu juga dapat memperluas pencetakan sawah baru (ekstensifikasi) sepanjang dapat dijangkau oleh sarana jaringan irigasi yang baru dibangun.