Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang BTN Lahirkan Bank Syariah Terbesar Kedua di Indonesia

Kompas.com - 06/02/2024, 06:07 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Tabungan Negara Tbk atau BTN memiliki peluang untuk memperkuat bisnis usaha syariah dengan menjadi salah satu bank umum syariah terbesar di Indonesia.

Bank BTN disebut telah siap melakukan spin off atau pemisahan unit usaha syariahnya menjadi bank umum syariah sendiri.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan, BTN menargetkan pemisahan unit dapat rampung pada semester II-2024. Pihaknya telah mengirimkan surat penyataan minat atau letter of interest kepada dua perbankan terkait rencana akuisisi.

“Kami sudah mengirimkan letter of interest kepada dua bank, sejak beberapa waktu lalu,” ujar dia akhir tahun lalu.

Baca juga: BTN Sediakan KPR Syariah, Jangka Waktu hingga 30 Tahun

Ia berharap, proses akuisisi tersebut dapat menjadikan BTN Syariah menjadi bank syariah terbesar nomor 2 di Indonesia.

Adapun saat ini bisnis syariah BTN tetap didominasi penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berbasis syariah atau KPR BTN iB, baik subsidi maupun non-subsidi. Komposisi KPR syariah menempati 92,53 persen dari total pembiayaan BTN Syariah atau setara Rp 33,11 triliun per September 2023.

Santer terdengar, BTN menjatuhkan pilihannya kepada bank syariah pertama di Indonesia yakni Bank Muamalat. Saat ini mayoritas saham Bank Muamalat atau sekitar 82,65 persen dimiliki oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Salah satu sumber dari BPKH mengatakan, ketertarikan BTN terhadap Bank Muamalat baru sebatas pengiriman letter of intent (LOI).

"Prosesnya masih di LOI, belum ada keputusan akuisisi," ungkap sumber tersebut kepada Kompas.com.

Di sisi lain, Corporate Secretary PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Hayunaji juga belum dapat memberikan gambaran lebih lanjut terkait kemungkinan akuisisi yang ditawarkan BTN.

"Terkait dengan proses merger dan akuisisi tersebut, dapat kami sampaikan bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan ranah atau kewenangan dari BPKH selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank Muamalat," terang dia kepada Kompas.com, Januari 2024.

Sebagai informasi, unit usaha syariah BTN telah memiliki aset senilai Rp 49 triliun pada November 2023. Jumlah tersebut diproyeksikan akan menembus Rp 50 triliun pada laporan keuangan 2023.

Ketika catatan aset BTN Syariah sesuai dengan perkiraan, UUS BTN telah memenuhi syarat untuk melakukan pemisahan unit. Pasalnya, dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 12 Tahun 2023 menyebutkan jika total aset UUS lebih dari Rp 50 triliun, maka wajib melakukan pemisahan dengan tahapan tertentu.

Tak sekadar kabar burung, penyatuan BTN dan Muamalat juga telah mendapat restu dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

"Kita diskusi dengan BPKH, Menteri Agama, mungkin enggak kita bersinergi dengan Bank Muamalat dengan BTN Syariah untuk menjadikan alternatif bank syariah yang besar," ujar Erick, akhir 2023 lalu.

Bahkan, ia menyebut penggabungan Bank Muamalat dan BTN Syariah diharapkan bisa masuk 16 besar bank syariah dunia.

Baca juga: Erick Thohir Beberkan Rencana Gabungkan Bank Muamalat dan BTN Syariah

Pengamat perbankan sekaligus ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abdul Manap Pulungan, mengungkapkan Indonesia memang membutuhkan bank syariah dengan ukuran aset yang besar dan kuat.

Kehadiran Bank Muamalat dianggap penting, karena aspek sejarah menunjukkan Muamalat merupakan bank syariah pertama di Indonesia.

"Kita perlu bank syariah yang kokoh dan kuat agar ceruk dari ekonomi syariah itu bisa maksimal di Indonesia," ungkap dia.

Sependapat, Komisaris Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menjelaskan, akusisi BTN Syariah yang dapat menghadirkan bank besar akan mengakselerasi pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia.

"Eranya konsolidasi, jadi ya wajar-wajar saja mencari partner untuk membesarkan," kata dia ketika ditemui di Jakarta, Kamis (25/1/2024).

Ia menjelaskan, akuisisi ini seharusnya menguntungkan dua belah pihak perbankan. Dengan bergabungnya Bank Muamalat, aset BTN Syariah akan jadi besar.

"Tergantung nanti hasil due diligence (uji tuntas). Tapi saya belum tahu seperti apa karena due diligence menentukan berapa harganya," imbuh dia.

Ilustrasi Bank MuamalatDok. Bank Muamalat Ilustrasi Bank Muamalat
Di sisi lain, pengamat perbankan dari Centre for Banking Crisis Ahmad Deni Daruri menilai, di balik rencana akuisisi tersebut, ada misi penyelamatan Bank Muamalat yang dinilai sangat penting keberadaannya sebagai bank syariah pertama yang berdiri di Indonesia.

Menurut pria yang karib disapa Deni itu, rencana BTN untuk mengakuisisi Bank Muamalat patut diapresiasi. Pasalnya bank syariah tertua di Indonesia itu membutuhkan injeksi modal agar bisa lebih ekspansif dan keluar dari persoalan masa lalu.

“Bank Muamalat memang sudah lebih sehat ketimbang 2 tahun lalu, tapi sehat saja tidak cukup. Bank mesti bertumbuh dan modalnya terus ditingkatkan agar bisa menjalankan fungsi intermediasi lebih optimal lagi,” tutur dia.

Saat ini, rasio pembiayaan terhadap pendanaan Bank Muamalat atau finance to deposit ratio (FDR) hanya sebesar 45 persen, atau jauh di bawah batas ideal. Sementara rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 28,67 persen pada akhir September 2023.

"Ketika manajemen Bank Muamalat ingin ekspansi untuk menggenjot FDR ke batas ideal, maka CAR bisa tergerus," imbuh dia.

Pasalnya, setiap penyaluran pembiayaan atau ekspansi bisnis lainnya akan membentuk aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Dengan kata lain, bank harus menambah permodalan, menyesuaikan profil risiko dan kebutuhan ekspansi.

“Bank selalu membutuhkan suntikan modal tambahan. Pada titik ini, BPKH tidak bisa terus menerus membenamkan dana haji sebagai tambahan modal. Terlalu berisiko karena dana umat wajib diinvestasikan di instrumen yang aman,” terang Deni.

Baca juga: Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat Dinilai Akan Menguntungkan

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, pembicaraan terkait proses akuisisi Bank Muamalat oleh Bank Tabungan Negara (BTN) masih berjalan. Akuisisi ini disebut sebagai bagian dari pemisahan atau spin off unit usaha syariah milik BTN.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae sendiri mengaku, proses akuisisi tersebut belum dikomunikasikan ke pihak regulator.

"Belum (dikomunikasikan), jadi masih dalam tahap pembicaraan antar mereka tentu saja," ujar dia.

Dian sendiri sempat mengungkapkan, industri perbankan syariah memerlukan 3-4 kehadiran pemain besar untuk dapat bersaing dengan perbankan konvensional.

Untuk itu, pada dasarnya keputusan pemisahan unit usaha syariah BTN merupakan hal yang dinantikan industri perbankan syariah demi terjadinya eskalasi industri.

Diproyeksikan, aset gabungan Bank Muamalat dengan BTN bakal mencapai 114,6 triliun. Hal ini akan membuat BTN Syariah menjadi bank syariah terbesar kedua di Indonesia.

Sebagai catatan, saat ini PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau Bank BSI masih menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dengan jumlah aset Rp 319,8 triliun pada September 2023.

Baca juga: Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat, OJK Sebut Sudah Ada Komunikasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com