Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Sebut Impor Negara Ini Gila-gilaan

Kompas.com - 09/02/2024, 12:06 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas TV

KOMPAS.com - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kembali bersuara lantang soal pekerjaan rumah pemerintah yang harus segera dibereskan. Kali ini, ia menyinggung soal masuknya barang-barang impor secara besar-besaran.

Hal tersebut disampaikan dalam acara Ahok is Back bersama dengan beberapa panelis. Awalnya, Ahok bercerita soal dirinya yang masih berada dalam jeruji besi. Kala itu ia menawarkan diri kepada Presiden Jokowi yang bisa dirinya kontribusikan untuk negara.

"Dulu waktu saya di dalam tahanan itu, kan saya itu sudah enggak bisa jadi menteri jadi apa, terus saya tanya Pak Jokowi, Pak Jokowi pengin saya bantu apa," kata Ahok dikutip dari siaran Live YouTube Kompas TV, Jumat (9/2/2024).

"Pak Ahok mau bantu apa? Saya mau bantu industri-industri tidak bangkrut Pak. Ini cerita dalam tahanan loh 2018 nih," tambah dia.

Baca juga: Luhut Vs Ahok soal Tudingan Jokowi Tak Bisa Kerja

Ahok bilang, seandainya dirinya diberikan kepercayaan melakukan sesuatu di dalam pemerintahan, ia ingin menghentikan banjir barang-barang impor yang bisa mematikan industri kecil di dalam negeri.

"Kenapa? Saya melihat impor ini sudah gila-gilaan masuk. Industri-industri kecil ini bangkrut karena kontainer itu pakai borongan. Akhirnya barang-barang kecil dimasukin ke dalam," beber Ahok.

Menurut dia, di era Presiden Soeharto, pemerintah sejatinya sudah cukup ketat membatasi barang impor yang masuk untuk melindungi pelaku industri lokal.

Namun proteksi pemerintah semakin hilang, terutama sejak beberapa tahun terakhir karena harus mengalah dengan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO.

Baca juga: Kenapa Dulu Ahok Keberatan Halim Dijadikan Stasiun Kereta Cepat?

Lanjut Ahok, pemerintah Indonesia sebenarnya bisa meniru apa yang dilakukan Singapura. Di mana apa yang dilakukan aparat bea cukai negara tetangga itu cukup tegas.

Semua barang yang masuk ke Singapura dan dijual di sana harus memenuhi standar nasional yang sudah ditetapkan. Apabila barang impor belum memenuhi standar, maka dilarang masuk tanpa kompromi.

"Nah di situ gimana cara atasinya, ya masih bisa bersaing dan masih punya Bea Cukai yang berani dan bisa pintar," ungkap Ahok.

"Jadi kalau barangnya masuk masuk, saya bisa bilang 'eh ini sudah SNI (Standar Nasional Indonesia) belum ya, ini barangnya apa nih' minimal menghambat lu biar barang lu agak tahan lama nih," kata Ahok lagi.

Baca juga: Soal Pengganti Ahok di Pertamina, Wamen BUMN: Belum, Lagi Dipikirin

Ketatnya pengawasan arus masuk barang impor ini kurang maksimal diterapkan di Indonesia. Ia bilang, bukanya memperketat barang masuk sejak di hulu, pemerintah malah membuat kebijakan dengan menekan marketplace seperti TikTok.

"Bayangin kalau sekarang, bahkan masuk dari luar negeri enggak pakai gudang, langsung bongkar langsung kirim, jadi bukan salah TikToknya. Salah bea cukai dong," ucap Ahok.

Ahok yang kala itu masih ditahan mengaku ditawari beberapa jabatan strategis seperti tawaran menjadi komisaris BUMN. Namun ia blak-blakan mengaku lebih tertarik menjadi Dirjen Bea Cukai.

"Tapi ini enggak ada yang berani ngejawab, saya bisa ngeri Pak, makannya saya minta jadi Dirjen Bea Cukai. Saya jamin penyelundupan setop," tegas dia.

Baca juga: Saat Ahok Kurang Setuju Stasiun Kereta Cepat Ada di Halim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com