Pada dasarnya, tiap perusahaan memiliki puluhan juta pelanggan di segmen transportasinya. Merger dapat membantu perusahaan menaikkan tarif dan menemukan sinergi di pasar besar seperti di Indonesia. Pasalnya, persaingan terus menekan harga layanan jadi rendah.
Tak hanya itu, ukuran perusahaan yang lebih besar setelah adanya merger juga dapat membantu entitas gabungan menjadi lebih kuat dalam layanan dan margin yang lebih tinggi seperti pembayaran digital dan perbankan.
Baca juga: Agus Martowardojo Beli Saham GOTO Seharga Rp 2 Per Saham
Kesepakatan Grab dan GoTo dapat bernilai sekitar 20 miliar dollar AS, atau setara Rp 321,22 triliun pada kurs Rp 15.611 per dollar AS. Hal tersebut tentu akan menghadapi pengawasan yang ketat dari regulator.
Merger tentu akan membuat dua perusahaan memiliki posisi dominan di beberapa pasar. Sebagai gambaran, Uber Technologies meninggalkan wilayah ini pada 2018 dengan imbalan kepemilikan saham di Grab.
Sementara, pesaing-pesaing yang lebih kecil belum memberikan pengaruh besar terhadap duopoli Grab dan GoTo di pasar-pasar utama mereka.
Baik Grab dan GoTo tersebut memandang kombinasi tersebut sebagai langkah besar menuju profitabilitas. Hal itu mengingat saham mereka yang tergerus di tengah meningkatnya kerugian.
Baca juga: Grab Akuisisi Operator Taksi Terbesar Ketiga di Singapura
Asal tahu saja, saham tiap-tiap perusahaan turun sekitar 70 persen sejak debut mereka beberapa tahun lalu.
Di sisi lain, persaingan antara Grab dan GoTo telah membuat harga bagi konsumen menjadi sangat rendah di negara-negara seperti Indonesia.
Di pasar terbesar di Asia Tenggara regulator juga secara aktif memastikan tarif terjangkau. Sebagai contoh, biaya naik skuter bisa kurang dari 1 dollar AS dan perjalanan dengan mobil tidak lebih mahal.