Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Nikel Melandai, Laba NICE Turun Jadi Rp 61,46 Miliar pada 2023

Kompas.com - 01/04/2024, 20:35 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) membukukan kenaikan penjualan pada tahun 2023 di tengah anjloknya harga nikel. Penjualan perseroan mampu tumbuh 3,7 persen year on year (yoy) di sepanjang tahun lalu.

Namun laba bersih NICE turun dari Rp 108,86 miliar pada 2022 menjadi Rp 61,46 miliar. Hal ini karena terdapat sejumlah beban yang mengalami kenaikan.

Mengutip laporan keuangan, sejumlah beban yang mengalami peningkatan di antaranya; biaya pencadangan persediaan bijih nikel, biaya reklamasi dan eksplorasi, serta biaya umum dan administrasi. Kenaikan biaya-biaya tersebut ditengarai terjadi akibat adanya transisi dari manajemen lama ke manajemen baru.

Baca juga: Laba Bersih Bank Jago Melonjak 355 Persen Sepanjang 2023

Sementara penjualan NICE tercatat naik dari Rp 867,84 miliar menjadi Rp 900,35 miliar di tahun 2023. Mayoritas penjualan dilakukan kepada pihak ketiga, di antaranya kepada PT Agung Mineral Abadi senilai Rp 768,78 miliar dan kepada PT Kyara Sukses Mandiri senilai Rp 102,06 miliar.

Selain penjualan nikel, perseroan juga mencetak kenaikan pendapatan yang signifikan dari bisnis selain nikel, di antaranya dari sewa dermaga, sewa ruang, dan sewa rampdoor.

Anak usaha LX International Corp yang merupakan bagian dari LG Group ini mengantongi Rp 27,59 miliar dari hasil sewa dermaga. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 2.000 persen yoy di akhir 2023.

Pendapatan sewa ruang juga melesat 286 persen yoy menjadi Rp 1,65 miliar dan dari hasil sewa rampdoor, perseroan memperoleh Rp 264,14 juta hingga pengujung 2023.

Dari sisi operasional produksi, NICE tercatat kian efisien. Hal ini tercermin dari biaya produksi yang berhasil ditekan dari Rp 754,3 miliar menjadi Rp 736,13 miliar.

“Manajemen NICE terus berupaya untuk bisa meningkatkan efisiensi dalam proses produksi melalui pembaruan teknologi tambang,” mengutip pernyataan manajemen NICE.

“Dengan masuknya LX International Corp sebagai pemegang saham pengendali, maka pembaruan teknologi tambang bisa direalisasikan secara maksimal. Dengan demikian, biaya produksi berpotensi kian menyusut dan tingkat profitabilitas bisa terdongkrak,” tambahnya.

Di saat yang sama, perseroan juga tidak lagi menanggung beban penjualan karena bijih nikel tidak lagi dijual melalui perantara (agen).

Sebagai perbandiangan, pada 2022, perseroan harus merogoh kocek Rp 9,69 miliar untuk membayar pihak agen penjual.

Baca juga: Hilirisasi Nikel, Siapa Lebih Diuntungkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com