JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia mengalami perubahan demografis yang signifikan, dengan meningkatnya harapan hidup dan penurunan tingkat kelahiran.
Hal ini menciptakan apa yang dikenal sebagai generasi sandwich. Generasi sandwich adalah mereka harus menghadapi tekanan yang kompleks saat merawat orang tua sambil juga mengurus anak-anak.
Generasi sandwich mengacu pada orang-orang dewasa yang memiliki orang tua lanjut usia yang harus dirawat, serta anak-anak mereka sendiri yang masih bergantung pada mereka.
Baca juga: Simak 6 Tips Mengelola Keuangan untuk Generasi Sandwich
Selain menjaga orang tua dan anak-anak, baik secara emosional maupun finansial, mereka juga harus merawat diri sendiri sambil mengejar karier.
Fenomena ini semakin relevan di masyarakat Asia, di mana nilai keluarga tradisional menekankan pentingnya merawat orang tua di rumah.
Namun, merawat orang tua bisa menjadi beban yang berat bagi mereka yang harus menghadapi tuntutan karier dan kehidupan pribadi mereka sendiri.
Mengalihkan perawatan lansia ke institusi seperti panti jompo juga dapat memperburuk masalah dan kondisi.
Baca juga: Generasi Sandwich, Simak 4 Tips Perencanaan Keuangan Ini agar Merdeka Finansial
Hal ini dapat menyebabkan isolasi dan perasaan tidak berguna bagi para lansia, sementara generasi muda merasa terbebani dengan tanggung jawab perawatan yang semakin meningkat.
Dikutip dari CNBC, Jumat (12/4/2024), Direktur Pusat Ilmu Jiwa di National University of Singapore (NUS), John Wong mengatakan bahwa generasi sandwich berisiko mengalami burnout alias stres.