Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Jebakan Pendapatan Kelas Menengah?

Kompas.com - 21/10/2019, 13:17 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya, Minggu (21/10/2019) menginginkan Indonesia pada 2045 kelak keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.

Jokowi mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa mencapai 7 triliun dollar AS.

Lalu, apakah sebenarnya jebakan pendapatan kelas menengah itu?

Baca juga: Periode Kedua Jokowi: SDM Jadi Prioritas Utama, 2045 Keluar dari Jebakan Pendapatan Kelas Menengah

Berdasarlan hasil penelitian Bank Pembangunan Asia (ADB) yang berjudul Inequality, Aging and the Middle Income Trap dijelaskan, umumnya negara yang mulai masuk dalam kategori berpendapatan menengah, angkatan kerja sekaligus jumlah pengangguran di kawasan pedesaan mulai menipis.

Hal tersebut membuat tingkat upah, baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan meningkat yang membuat daya saing di negara tersebut jadi terkikis.

Pasalnya, kawasan desa mengalami kekurangan tenaga kerja sementara di kota, permintaan terhadap tenaga kerja tidak dapat dipenuhi.

Baca juga: Menurut Sri Mulyani, Ini Syarat RI Keluar dari Middle Income Trap

Di sisi lain, negara yang bersangkutan akan sulit untuk mengadaptasi teknologi asing, dan pertumbuhan akumulasi modal melambat.

Secara lebih lanjut, negara-negara berpenghasilan menengah biasanya menghadapi tantangan ketidaksetaraan tinggi dan juga perubahaan piramida pemduduk tua yang cepat. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa banyak ekonomi menjadi stagnan setelah mencapai pendapatan menengah.

"Mimpi kita di tahun 2045, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 7 triliun dollar AS. Indonesia sudah masuk lima besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana," ucap Jokowi dalam pidatonya saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 di Gedung MPR/DPR/DPD-RI, Jakarta, Minggu (20/10/2019).

Baca juga: Pidato Jokowi: Insya Allah, 2045 Indonesia Telah Keluar dari Jebakan Pendapatan Kelas Menengah

Menurut dia, pihaknya sudah mengalkulasi bahwa target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk dicapai.

Namun sebut Jokowi, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan kerja keras, kerja cepat, dan produktif.

"Semua itu tidak datang otomatis, tidak datang dengan mudah. Harus disertai kerja keras, dan kita harus kerja cepat, harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif," ucapnya.

Berdasaran data ADB pwr 2017 tersebut, Indonesia bersama dengan 16 negara kawasan Asia lainnya masuk dalam kategori kelas menengah.

Beberapa negara lain adalah Azerbaijan, Georgia, Iran, Iraq, Jordan, Kazakhstan, Lebanon, Malaysia, Maldives, Mongolia, Thailand, Turkey, Turkmenistan, West Bank dan Gaza.

Bank Dunia sendiri pada Juli 2019 memperbarui klasifikasi negara berdasarkan pendapatan (PDB/kapita) sebagai berikut:

Menengah-Atas 3.996 - 12.375 dollar AS

Menengah-Rendah1.026 - 3.995 dollar AS

Rendah < 1,025 dollar AS

Tinggi > 12,375 dollar AS

Baca juga: 5 Penyebab Orang Kelas Menengah Sulit Naik Jadi Kelas Atas

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com