Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neraca Dagang RI Bulan Mei Surplus tapi Disebut Tak Menggembirakan

Kompas.com - 15/06/2020, 12:11 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI pada bulan Mei terjadi surplus sebesar 2,09 miliar dollar AS.

Surplusnya neraca perdagangan disebabkan karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan nilai impor pada Mei 2020. Tercatat, ekspor RI sepanjang Mei mencapai 10,53 miliar dollar AS sedangkan impor sebesar 8,44 miliar dollar AS.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, terciptanya surplus pada Mei sebesar 2,09 miliar dollar AS kurang menggembirakan. Sebab, ekspor dan impor sama-sama mengalami penurunan. Bahkan impor mengalami penurunan yang lebih dalam ketimbang ekspor.

Baca juga: Kemenperin Sebut 5 Industri Ini Bakal Topang Ekonomi Nasional di Masa New Normal

"Ekspornya mengalami penurunan 28,95 persen (yoy). Impor jauh lebih dalam 42,20 persen (yoy)," kata Suhariyanto dalam konferensi video, Senin (15/6/2020).

Suhariyanto menjelaskan, turunnya ekspor terjadi di sektor non-migas. Secara bulanan, sektor pertanian turun 16,94 persen (mtm), industri pengolahan turun 14,92 persen (mtm), dan pertambangan turun 13,70 persen. Secara tahunan, sektor migas turun paling dalam sebesar 42,64 persen (yoy).

Sementara, turunnya ekspor terjadi di semua sektor, seperti sektor konsumsi sebesar 23,08 persen (mtm), bahan baku/penolong turun 34,66 persen (mtm), dan barang modal turun 29,01 persen (mtm).

Pria yang akrab disapa Kecuk ini mewanti-wanti turunnya impor bahan baku/penolong, dan barang modal. Sebab, turunnya bahan baku/penolong memengaruhi pergerakan industri dan berpengaruh pada perdagangan.

Baca juga: Menguat, Berikut Kurs Rupiah Hari Ini di 5 Bank

"Sementara impor barang modal bisa berpengaruh kepada komponen investasi dalam pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran," ucap dia.

Kendati demikian, secara kumulatif (Januari-Mei 2020) neraca perdagangan RI surplus 4,31 miliar dollar AS, posisi ini jauh lebih baik dibanding Januari-Mei 2019 yang saat itu defisit sebesar 2,7 miliar dollar AS.

Beberapa negara tujuan yang masih mengalami surplus antara lain, ke AS sebesar 4 miliar dollar AS, India sebesar 2,5 miliar dollar AS, dan Belanda sebesar 934 juta dollar AS. Sedangkan defisit terdalam adalah ke China sebesar 4,6 miliar dollar AS, Thailand 1,3 miliar dollar AS, dan Australia 753 juta dollar AS.

"Secara kumulatif surplusnya menggembirakan di tengah pandemi Covid-19. Meski perlu diwaspadai terjadi penurunan baik untuk ekspor maupun impor," kata dia.

Baca juga: Minat Beli Emas Batangan di Pegadaian? Ini Harga Terbarunya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Whats New
Garuda Indonesia Tak Bagikan Dividen Meski Catatkan Laba Bersih di 2023

Garuda Indonesia Tak Bagikan Dividen Meski Catatkan Laba Bersih di 2023

Whats New
Injourney Airports Layani 49,7 Juta Penumpang Sepanjang Januari-April 2024

Injourney Airports Layani 49,7 Juta Penumpang Sepanjang Januari-April 2024

Whats New
Libur Panjang Waisak, Kemenhub Ingatkan Bus Pariwisata yang Beroperasi Harus Laik Jalan dan Berizin

Libur Panjang Waisak, Kemenhub Ingatkan Bus Pariwisata yang Beroperasi Harus Laik Jalan dan Berizin

Whats New
Usai Rilis Logo Baru, Wamen BUMN Kasih Tugas Ini ke Bulog

Usai Rilis Logo Baru, Wamen BUMN Kasih Tugas Ini ke Bulog

Whats New
Anak Usaha Semen Indonesia Alokasikan Separuh Area Pabrik sebagai Hutan Kota

Anak Usaha Semen Indonesia Alokasikan Separuh Area Pabrik sebagai Hutan Kota

Whats New
Sasar Pasar Global, Industri Obat Berbahan Alam di Indonesia Perlu Ditingkatkan Pengembangannya

Sasar Pasar Global, Industri Obat Berbahan Alam di Indonesia Perlu Ditingkatkan Pengembangannya

Whats New
Peruri Punya Logo Baru, Siap Jalani Tugas sebagai 'GovTech' Indonesia

Peruri Punya Logo Baru, Siap Jalani Tugas sebagai "GovTech" Indonesia

Whats New
BUMN Didorong Terapkan Praktik BJR, Seberapa Penting?

BUMN Didorong Terapkan Praktik BJR, Seberapa Penting?

Whats New
Harga Emas Terbaru 23 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 23 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pemerintah Akan Ambil Alih Lahan Tambang PT Timah yang Dikelola Penambang Liar

Pemerintah Akan Ambil Alih Lahan Tambang PT Timah yang Dikelola Penambang Liar

Whats New
Harga Bahan Pokok Kamis 23 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 23 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Kamis 23 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Kamis 23 Mei 2024

Spend Smart
Bos Garuda Bersikukuh Minta Kemenhub Revisi TBA Tiket Pesawat

Bos Garuda Bersikukuh Minta Kemenhub Revisi TBA Tiket Pesawat

Whats New
Risalah The Fed: Batal Turunkan Suku Bunga?

Risalah The Fed: Batal Turunkan Suku Bunga?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com