Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

September Effect IHSG Selalu Terkoreksi, Ini Kata Analis

Kompas.com - 06/09/2021, 12:36 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Memasuki pekan ke-dua bulan September, kinerja pasar modal di tanah air akan dibayangi oleh periode September Effect. Secara historis, September effect merupakan bulan dimana terjadinya tren penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Mino mengungkapkan, September Effect adalah kecenderungan tingkat pengembalian saham yang negatif di bulan September.

Di Amerika hal tersebut dihubungkan karena adanya aksi ambil untung oleh investor setelah kembali dari liburan musim panas untuk mengunci keuntungan dan kerugian pajak sebelum akhir tahun.

Baca juga: CEO Sekuritas Ini Prediksi IHSG Akhir Tahun Bisa Sentuh Level 6.800

“Banyak juga investor yang melakukan penjualan untuk membayar biaya anak sekolah. Di Indonesia sendiri selama sepuluh tahun terakhir tingkat pengembalian IHSG rata-rata -1,61 persen di bulan September (6 bulan dari 10 bulan mencatatkan tingkat pengembalian negatif),” jelas Mino kepada Kompas.com, Senin (6/9/2021).

Hal senada disampaikan Head of Investment information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM. Dia mengatakan, dalam 3 tahun terakhir (2018-2020) di bulan September, IHSG memang selalu terkoreksi.

Beberapa faktor yang membuat setiap bulan September terjadi koreksi antara lain adalah berkurangnya agenda-agenda penting emiten seperti dividen. Kemudian, laporan keuangan kuartal II (semester pertama) tahun ini, juga hampir semua emiten sudah mempublikasi di Juli dan Agustus.

“Di bulan September ini merupakan saat bagi investor untuk mulai memilah-milah emiten mana yang layak di koleksi hingga akhir tahun dengan melihat hasil kinerja di semester I," kata Roger kepada Kompas.com.

Untuk tahun ini, kalaupun terjadi koreksi kemungkinan besar tidak akan signifikan kalau melihat hasil kinerja dari beberapa emiten hingga semester pertama 2021,” tambahnya.

Roger juga menyebut, ada beberapa sektor yang mencatatkan perolehan laba yang bertumbuh di tahun ini, salah satunya adalah sektor perbankan. Di sisi lain, beberapa emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga mampu mencatatkan kinerja yang positif pada semester I tahun ini.

“Kita melihat dari sektor perbankan, beberapa bank besar mampu mencetak laba yang lebih baik dibanding tahun lalu. Tidak hanya perbankan, dari emiten emiten BUMN juga mampu menorehkan kinerja yg baik seperti JSMR dan TLKM,” jelas dia.

Baca juga: Apa Itu IHSG? Ini Pengertian, Manfaat, dan Cara Hitungnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com