Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diterpa Krisis, Stok BBM di Sri Lanka Kurang dari Sehari

Kompas.com - 05/07/2022, 14:35 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera mengeluarkan peringatan keras atas stok bahan bakar minyak (BBM) di tengah krisis yang dialami negara Asia Selatan tersebut.

Ia mengatakan, stok BBM di Sri Lanka hanya cukup untuk permintaan kurang dari sehari di bawah permintaan reguler. Hal tersebut diperparah lantaran pengiriman bensin berikutnya juga hanya mampu mencukupi kebutuhan selama kurang dari dua minggu.

Seperti telah diberitakan, Sri Lanka tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun terakhir.

Baca juga: Minta Minyak Murah, Sri Lanka Kirim 2 Menteri ke Rusia dan Qatar

Wijesekera mengatakan, Sri Lanka hanya memiliki cadangan BBM sekitar 12.774 ton solar dan 4.061 ton bensin.

"Pengiriman bensin berikutnya diharapkan antara 22 dan 23 (Juli)," kata dia dikutip Kompas.com dari BBC, Selasa (5/7/2022).

Ia menambahkan, pengiriman solar diperkirakan akan tiba pada akhir pekan. Namun demikian, Sri Lanka tidak memiliki uang untuk membayar impor bahan bakar dan minyak mentah yang direncanakan.

Adapun, Bank sentral Sri Lanka hanya bisa memasok 125 juta dollar AS untuk pembelian BBM.

Padahal sekurang-kurangnya, Sri Lanka harus memiliki sekitar 587 juta dollar AS untuk pengiriman terjadwalnya.

Wijesekera menambahkan, negara tersebut berutang 800 juta dollar AS kepada tujuh pemasok untuk pembelian yang dilakukan awal tahun ini. Sedikit catatan, pekan lalu, Sri Lanka melarang penjualan BBM untuk kendaraan pribadi selama 2 minggu.

Para ahli menyebut Sri Lanka sebagai negara pertama yang mengambil langkah drastis menghentikan penjualan bensin kepada masyarakat umum. Sebagai informasi, krisis yang terjadi di Sri Lanka terjadi akibat kekurangan mata uang asing untuk membayar impor barang-barang penting.

Baca juga: Krisis Ekonomi, Sri Lanka Tutup Satu-satunya Kilang Minyak di Negaranya

Menipisnya pasokan BBM, makanan dan obat-obatan semakin mendorong naiknya harga-harga di negara di Asia Selatan itu.

Apalagi, banyak masyarakat Sri Lanka yang bekerja dan menggantungkan hidupnya pada kendaraan bermotor.

Di sisi lain, pemerintah menyalahkan pandemi Covid-19 sebagai biang kerok krisis ini. Sri Lanka mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan.

Sementara itu, banyak ahli mengatakan pemerintah gagal mengurus ekonomi negaranya. Sebagai informasi, Bulan Mei lalu Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kali dalam sejarah.

Sebagai catatan, minggu lalu Sri Lanka telah menangguhkan penjualan bensin dan solar untuk kendaraan yang tidak penting karena kesulitan membayar impor seperti bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.

Baca juga: Dinyatakan Bangkrut, Apa yang Bakal Terjadi pada Sri Lanka?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Whats New
Garuda Indonesia Tak Bagikan Dividen Meski Catatkan Laba Bersih di 2023

Garuda Indonesia Tak Bagikan Dividen Meski Catatkan Laba Bersih di 2023

Whats New
Injourney Airports Layani 49,7 Juta Penumpang Sepanjang Januari-April 2024

Injourney Airports Layani 49,7 Juta Penumpang Sepanjang Januari-April 2024

Whats New
Libur Panjang Waisak, Kemenhub Ingatkan Bus Pariwisata yang Beroperasi Harus Laik Jalan dan Berizin

Libur Panjang Waisak, Kemenhub Ingatkan Bus Pariwisata yang Beroperasi Harus Laik Jalan dan Berizin

Whats New
Usai Rilis Logo Baru, Wamen BUMN Kasih Tugas Ini ke Bulog

Usai Rilis Logo Baru, Wamen BUMN Kasih Tugas Ini ke Bulog

Whats New
Anak Usaha Semen Indonesia Alokasikan Separuh Area Pabrik sebagai Hutan Kota

Anak Usaha Semen Indonesia Alokasikan Separuh Area Pabrik sebagai Hutan Kota

Whats New
Sasar Pasar Global, Industri Obat Berbahan Alam di Indonesia Perlu Ditingkatkan Pengembangannya

Sasar Pasar Global, Industri Obat Berbahan Alam di Indonesia Perlu Ditingkatkan Pengembangannya

Whats New
Peruri Punya Logo Baru, Siap Jalani Tugas sebagai 'GovTech' Indonesia

Peruri Punya Logo Baru, Siap Jalani Tugas sebagai "GovTech" Indonesia

Whats New
BUMN Didorong Terapkan Praktik BJR, Seberapa Penting?

BUMN Didorong Terapkan Praktik BJR, Seberapa Penting?

Whats New
Harga Emas Terbaru 23 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 23 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pemerintah Akan Ambil Alih Lahan Tambang PT Timah yang Dikelola Penambang Liar

Pemerintah Akan Ambil Alih Lahan Tambang PT Timah yang Dikelola Penambang Liar

Whats New
Harga Bahan Pokok Kamis 23 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 23 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Kamis 23 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Kamis 23 Mei 2024

Spend Smart
Bos Garuda Bersikukuh Minta Kemenhub Revisi TBA Tiket Pesawat

Bos Garuda Bersikukuh Minta Kemenhub Revisi TBA Tiket Pesawat

Whats New
Risalah The Fed: Batal Turunkan Suku Bunga?

Risalah The Fed: Batal Turunkan Suku Bunga?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com