Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen, Ini Alasannya

Kompas.com - 25/05/2023, 10:20 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur periode 24-25 Mei pada Kamis (25/5/2023) siang hari ini. Dalam pengumuman hasil RDG kali ini, BI diproyeksi kembali menahan suku bunga acuannya.

Dalam risetnya, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM UI) mencatat, sejumlah indikator utama penentu arah kebijakan moneter bank sentral semakin membaik. Indikator yang dimaksud meliputi tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, hingga kondisi perekonomian domestik.

"Kami melihat BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 5,75 persen," tulis LPEM UI, dalam riset BI Board of Governor Meeting Mei 2023, dikutip Kamis.

Baca juga: Inflasi Meroket, Argentina Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 97 Persen

Salah satu indikator utama yang menentukan arah kebijakan bank sentral, yakni tingkat inflasi, tercatat terus menurun. Tercatat pada April lalu tingkat inflasi menurun dari bulan sebelumnya ke level 4,33 persen secara tahunan.

Tren penurunan inflasi terjadi pada seluruh kelompok indeks harga komoditas (IHK), meskipun pada April lalu terdapat momentum Hari Raya Idul Fitri. Dengan tren penurunan tersebut, tingkat inflasi umum semakin mendekati target kisaran inflasi BI, yakni sebesar 3 plus minus 1 persen.

Kemudian, nilai tukar rupiah terpantau cenderung menguat. Data menunjukan, sampai dengan 23 Mei lalu, nilai tukar rupiah terapresiasi 4,4 persen dibanding posisi awal tahun ini.

"Menjadikan rupiah sebagai salah satu mata uang terbaik di antara negara-negara berkembang lainnya," tulis LPEM UI.

Baca juga: Demi Redam Inflasi, Inggris Naikkan Suku Bunga Lagi

Penguatan rupiah itu merupakan dari pengetatan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, yang tidak lagi agresif. Sentimen itu kemudian membuat selisih imbal hasil pasar keuangan Indonesia menjadi menari, dan menyebabkan aliran modal asing masuk atau capital inflow.

Terakhir, kondisi perekonomian Indonesia dinilai tetap kuat di tengah gejolak pasar global yang masih tinggi. LPEM UI menyatakan, hal itu terefleksikan dari produk domestik bruto (PDB) yang mampu tumbuh 5,03 persen secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini.

Selain itu, berbagai indikator ekonomi lain juga menunjukan tren positif. Salah satunya ialah Purchasing Manager Index (PMI) yang terus menguat, di mana pada April mencapai 52,7 dari bulan sebelumnya sebesar 51,9, menandai kenaikan selama 20 bulan berturut-turut.

"Mempertimbangkan seluruh faktor di atas, BI perlu mempertahankan suku bunga di 5,75 persen bulan ini sambil mempersiapkan kebijakan moneter yang akomodatif untuk meningkatkan ketahanan eksternal," tulis LPEM UI.

Baca juga: Inflasi Kian Menyusut, BI Akan Turunkan Suku Bunga?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com