Jangan Sampai Bocor, Jaga Data Pribadi agar Terhindar dari Kejahatan Siber

KOMPAS.com – Bentuk praktik kejahatan siber semakin beragam. Studi bertajuk “Data Breach Investigations Report 2022” yang dilakukan Verizon menemukan bahwa tindak kejahatan siber tertinggi di dunia adalah phishing, pencurian data pribadi (stolen credentials), dan pretexting.

Selain ketiga jenis kejahatan siber itu, ada pula praktik kejahatan carding yang jamak terjadi belakangan ini. Akibat tindak kejahatan ini, saldo rekening nasabah terpotong, meski tidak melakukan transaksi.

Carding dilakukan penjahat siber dengan menggunakan data pribadi dari kartu debit atau kredit orang lain yang didapat secara ilegal untuk bertransaksi di online merchants.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, penyedia layanan jasa perbankan berupaya melindungi nasabah dan menambah keamanan bertransaksi. Hal ini pula yang dilakukan Bank BTPN.

Communications and Daya Head Bank BTPN Andrie Darusman mengatakan bahwa untuk menjaga keamanan bertransaksi, diperlukan kerja sama antara penyedia layanan jasa perbankan, merchant, dan nasabah.

“Bank BTPN juga berkomitmen untuk menindaklanjuti kendala yang dialami nasabah serta memberikan layanan dan penanganan dengan baik. Terlebih, kami juga didukung oleh penyedia jaringan pembayaran global, seperti Visa,” jelas Andrie dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (21/7/2023).

Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman mengatakan, ancaman kejahatan siber semakin beragam karena perkembangan lanskap pembayaran.

Baca juga: Saldo Akun Bank Terdebit Tanpa Melakukan Transaksi? Jangan Panik, Ikuti Langkah Ini

Ancaman kejahatan siber, seperti social engineering, skimming, baik online maupun offline, dan carding terjadi di seluruh dunia. Oleh sebab itu, pengamanan ekosistem perdagangan menjadi tanggung jawab bersama.

“Visa bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan industri, pedagang, pembuat kebijakan, penegak hukum, dan pemegang akun untuk mengamankan ekosistem pembayaran,” lanjut Riko.

Untuk mengantisipasi kejahatan siber, termasuk carding, Visa beserta sejumlah pihak lain menghadirkan teknologi keamanan global terkini, yakni EMV 3D Secure. Teknologi ini dapat memberikan perlindungan berlapis bagi nasabah.

Sistem tersebut memungkinkan autentikasi transaksi dengan menggunakan one-time password (OTP) yang dikirimkan kepada nasabah ataupun autentikasi biometrik saat bertransaksi di online merchant yang juga telah menerapkan teknologi ini.

Baca juga: Cara Beli Mata Uang Asing di Aplikasi Jenius

“Sebagai penyedia layanan jasa perbankan, Bank BTPN termasuk Jenius sudah menerapkan fitur 3D Secure dengan OTP sebagai otorisasi transaksi pada online merchants. Seluruh pemangku kepentingan perlu mendorong adopsi 3D Secure agar konsumen mendapatkan pengalaman berbelanja yang mumpuni,” ujar Andrie.

Upaya bersama cegah kejahatan carding

Andrie mengatakan, pencegahan kejahatan siber, khususnya carding, juga memerlukan peran aktif seluruh pihak terkait, termasuk nasabah.

Hal paling utama yang harus dilakukan nasabah adalah menjaga informasi kartu debit atau kredit agar data pribadi tidak disalahgunakan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Menurut Andrie, terdapat 5 cara pengamanan identitas kartu debit atau kredit yang perlu dilakukan nasabah. Berikut adalah rinciannya.

1. Menjaga kerahasiaan 16 digit nomor kartu debit atau kredit, 3 digit kode keamanan di belakang kartu atau card verification value (CVV), dan tanggal kedaluwarsa kartu dengan tidak memberikan data tersebut kepada siapa pun.

2. Hindari memberikan informasi kartu debit atau kredit kepada pihak lain saat bertransaksi di offline merchants.

3. Hindari bertransaksi daring menggunakan Wi-Fi publik.

4. Jangan simpan data kartu debit atau kredit di tempat yang bisa diakses oleh orang lain.

5. Jangan membagikan surat tagihan kartu kredit digital kepada siapa pun. Hancurkan terlebih dahulu surat tagihan kartu kredit yang berbentuk fisik sebelum dibuang.

Andrie menegaskan, teknologi digital yang semakin terintegrasi ke dalam keseharian masyarakat perlu diikuti dengan penambahan pengetahuan tentang kejahatan siber.

Oleh sebab itu, dibutuhkan edukasi dan kolaborasi dari berbagai pihak agar pengetahuan tentang kejahatan siber dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas.

“Selalu waspada dan berhati-hati. Sebarkan pula informasi mengenai signifikasi menjaga data pribadi agar terhindar dari kejahatan siber,” imbuh Andrie.