Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Ramal Ekonomi Global 2024 Kian Suram, Ini Tanggapan Pemerintah

Kompas.com - 10/01/2024, 20:12 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menanggapi laporan teranyar Bank Dunia yang memproyeksi pertumbuhan ekonomi global melambat pada 2024.

Dalam laporan bertajuk Global Economic Prospect, Bank Dunia memprediksi, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini akan melambat ke 2,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), setelah hanya mampu tumbuh 2,6 persen pada 2023.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia sebenarnya sudah disampaikan oleh berbagai lembaga keuangan internasional pada tahun lalu.

Baca juga: Proyeksi Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Melambat Tahun Ini

Oleh karenanya, pemerintah diklaim sudah melakukan langkah antisipatif dengan merumuskan dan mengeluarkan kebijakan yang dapat menjaga "mesin" pertumbuhan ekonomi nasional.

"Memang beberapa disrupsi masih terjadi, suplai barang masih terjadi, isu-isu perubahan iklim, harga komoditas, kebijakan pengetatan moneter, dan sebagainya sudah kita hitung semua," tutur pria yang akrab disapa Susi itu, ditemui di Jakarta, Rabu (10/1/2024).

Salah satu langkah antisipatif yang dilakukan pemerintah ialah dengan mengeluarkan berbagai kebijakan bantuan sosial (bansos) untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya kelompok rentan.

Melihat potensi perlambatan ekonomi global yang berkelanjutan, pemerintah berencana kembali menggulirkan program bansos berupa bantuan langsung tunai (BLT) yang pada tahun lalu disebut BLT El Nino.

"Kemarin dalam kabinet paripurna sudah diputuskan, untuk jaga daya beli masyarakat yang namnya bantuan pangan beras dan dulu namanya bantuan El Nino, kita sudah sepakat kemarin lapor bapak presiden setuju untuk dilanjutkan kembali," ujar Susi.

Susi menyadari, potensi perlambatan ekonomi global akan berdampak terhadap sumber pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan internasional, seperti kinerja perdagangan internasional.

Perlambatan ekonomi global akan memicu pelemahan permintaan dari negara mitra dagang Indonesia, sehingga pada akhirnya kinerja ekspor nasional lesu.

Dengan demikian, pemerintah perlu mengakali kemungkinan pelemahan sumber pertumbuhan ekonomi itu, dengan memaksimalkan potensi sumber pertumbuhan ekonomi lainnya, dalam hal ini konsumsi rumah tangga.

"Pemerintah sudah sangat siap, hanya catatannya jangka pendek yang kita dorong daya beli tetap, antisipasi sektor-sektor yang kira-kira banyak tergantung ke global demand," ucap Susi.

Baca juga: Xi Jinping Akui Ekonomi China Berada dalam Masalah

Sebagai informasi, Laporan Prospek Ekonomi Global terbaru dari Bank Dunia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat selama tiga tahun berturut-turut.

Pada 2024 misalnya, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya mencapai 2,4 persen, atau lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 2,6 persen. Angka tersebut 0,75 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi global pada 2010-an.

Sementara itu, negara berkembang diperkirakan hanya tumbuh 3,9 persen. Proyeksi tersebut 1 persen lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada dekade sebelumnya.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara berpendapatan rendah diperkirakan tumbuh 5,5 persen, atau lebih lemah dari perkiraan sebelumnya.

Baca juga: Ramalan Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat, Negara Berkembang Tertekan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com