NEW YORK, KOMPAS.com - Raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, melaporkan penurunan laba 24 persen menjadi 121,3 miliar dollar AS sepanjang tahun 2023 lalu. Angka ini setara sekitar Rp 1.885 triliun (kurs Rp 15.541 per dollar AS), turun dibandingkan 161,1 miliar dollar AS pada 2022.
Selain itu, Aramco juga mengumumkan peningkatan pembayaran dividen meskipun terdapat hambatan ekonomi.
Dikutip dari CNBC, Minggu (10/3/2024), Aramco menaikkan dividen dasar untuk kuartal IV sebesar 4 persen menjadi 20,3 miliar dollar AS, dan menaikkan dividen terkait kinerja sebesar 9 persen menjadi 10,8 miliar dollar AS.
Baca juga: Harga Minyak Meroket, Saudi Aramco Raup Laba Rp 1.573 Triliun
Dengan demikian, total pembayaran dividen Aramco adalah sebesar 31 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 481,7 triliun.
Meski mengalami penurunan, capaian tersebut masih merupakan rekor laba bersih tertinggi kedua bagi Aramco, jauh melampaui profitabilitas perusahaan-perusahaan sejenis di dunia.
“Penurunan (laba) secara tahunan ini dapat disebabkan oleh lebih rendahnya harga minyak mentah dan volume penjualan, serta berkurangnya margin penyulingan dan bahan kimia, yang sebagian diimbangi oleh penurunan royalti produksi sepanjang tahun dan lebih rendahnya pajak penghasilan dan zakat,” kata Aramco dalam pernyataannya.
Aramco mengatakan total pendapatan juga turun 17 persen menjadi 440,88 miliar dollar AS. Angka tersebut turun dari 535,19 miliar dollar AS pada tahun 2022 lalu.
Baca juga: Saudi Aramco Cetak Pertumbuhan Pendapatan Hingga 158 Persen
“Ini adalah tahun di mana permintaan minyak global mencapai rekor tertinggi meskipun terjadi gejolak geopolitik, hambatan ekonomi, dan tekanan inflasi,” ujar CEO Aramco Amin Nasser.