Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Terjadi Inflasi pada Masa Demokrasi Terpimpin?

Kompas.com - 21/03/2024, 18:57 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Mengapa terjadi inflasi pada masa demokrasi terpimpin? Kenaikan harga-harga barang yang sangat tinggi pada kala itu terjadi akibat kebijakan pemerintah Indonesua yang lebih memprioritaskan kepentingan politik ketimbang perbaikan kondisi ekonomi.

Bila mengutip buku Sejarah Indonesia Modern (2017) yang ditulis M.C Ricklefs, kondisi ekonomi pada masa demokrasi terpimpin semakin parah akibat adanya tiga jenis mata uang yang beredar.

Mata uang pertama yakni yang diterbitkan De Javasche Bank yang tidak lain adalah mata uang peninggalan Belanda. Lalu ada pula mata uang Jepang yang kala itu beradar sangat banyak. Pemerintah Indonesia juga sudah menerbitkan mata uang sendiri, yakni ORI (Oeang Republik Indonesia).

Kondisi ekonomi pada masa demokrasi terpimpin semakin terpuruk lantaran kas negara dalam keadaan kosong karena belum banyak memiliki penerimaan, sementara pengeluaran meningkat sangat tinggi.

Baca juga: Pengertian Inflasi, Penyebab, Dampak, dan Mengatasinya

Mengapa terjadi inflasi pada masa demokrasi terpimpin?

Saat masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soeharto pada tahun 1966 hingga 1998, beberapa faktor berkontribusi terhadap inflasi, meskipun faktor-faktor ini tidak secara eksklusif terkait dengan bentuk pemerintahan.

Berikut beberapa faktor yang mungkin telah berperan dalam menyebabkan inflasi selama masa Demokrasi Terpimpin:

1. Kebijakan moneter yang longgar

Pemerintah telah menerapkan kebijakan moneter yang longgar, seperti mencetak uang lebih dari yang dibutuhkan atau membiarkan suplai uang tumbuh terlalu cepat, yang dapat meningkatkan inflasi.

2. Defisit anggaran yang tinggi

Defisit anggaran yang tinggi, yang berarti pemerintah menghabiskan lebih banyak uang daripada yang diperolehnya dari pendapatan pajak dan penerimaan lainnya, bisa menjadi faktor pendorong inflasi.

Kebijakan fiskal yang tidak seimbang dapat memicu inflasi karena meningkatkan permintaan agregat tanpa peningkatan yang seimbang dalam pasokan barang dan jasa.

3. Kenaikan harga komoditas

Kenaikan harga komoditas seperti minyak mentah atau bahan baku lainnya juga dapat menyebabkan inflasi, terutama jika harga-harga ini berdampak langsung pada biaya produksi barang dan jasa.

4. Ketidakstabilan ekonomi global

Faktor-faktor ekonomi global, seperti fluktuasi harga komoditas dunia atau krisis keuangan internasional, dapat berdampak negatif pada ekonomi domestik dan menyebabkan inflasi. Saat ini, ekonomi dunia juga tengah terpuruk akibat dampak Perang Dunia II.

Baca juga: Adanya Inflasi akan Mengakibatkan Terjadinya Apa?

Sanering

Dengan berbagai faktor tersebut, membuat kondisi ekonomi sangat sulit. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan sanering atau pemotongan nilai uang.

Sanering adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas ekonomi suatu negara untuk menstabilkan atau memperbaiki keadaan ekonomi yang buruk, terutama dalam konteks krisis keuangan atau krisis ekonomi yang serius.

Tujuan utama dari sanering adalah untuk mengurangi ketidakstabilan ekonomi, mengatasi masalah keuangan, memulihkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi inflasi, dan memperbaiki kesejahteraan ekonomi masyarakat secara umum.

Namun, pendekatan sanering sering kali kontroversial karena dapat menyebabkan penderitaan sosial, termasuk peningkatan pengangguran, penurunan daya beli, dan ketidaksetaraan ekonomi.

Baca juga: Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Lengkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com