Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 19/04/2024, 18:57 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketegangan yang memanas di Timur Tengah setelah Israel membalas serangan ke Iran dikhawatirkan akan berdampak pada kondisi ekonomi global, termasuk Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, dampak yang pertama kali akan dirasakan Indonesia imbas dari eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel adalah pelemahan rupiah.

"Paling cepat dirasakan pelemahan rupiah karena dampaknya dirasakan banyak pelaku usaha dan perbankan," kata dia kepada Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Baca juga: BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Sementara itu, dampak lain seperti kenaikan harga minyak butuh waktu sampai terealisasi ke kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), elpiji, dan tarif listrik non subsidi.

"Ada jeda tidak langsung direspons," imbuh dia.

Secara umum, Bhima menjelaskan, eskalasi konflik Iran-Israel punya 5 dampak yang serius ke ekonomi Indonesia.

Pertama, hal tersebut akan memicu lonjakan harga minyak mentah ke 85,6 dollar AS per barrel atau meningkat 4,4 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Baca juga: Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Sebagai negara penghasil minyak ke 7 terbesar di dunia, produksi dan distribusi minyak Iran bisa terpengaruh. Harga minyak yang melonjak berimbas ke pelebaran subsidi energi hingga pelemahan nilai tukar atau kurs rupiah lebih dalam.

Bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ada kemungkinan penambahan belanja subsidi energi tahun ini atau dikhawatirkan BBM subsidi akan disesuaikan harga dan kuotanya.

Dari sisi penerimaan negara, naiknya harga minyak belum tentu menguntungkan APBN karena berbagai komoditas lain seperti batubara justru harganya anjlok.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Risiko berikutnya adalah keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik.

Bhima menerangkan, investor juga mencari aset yang aman baik emas dan dollar AS sehingga rupiah bisa saja melemah hingga 17.000 per dollar.

Ketiga, kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa akan terganggu. Hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat di kisaran 4,6-4,8 persen tahun ini.

Baca juga: Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Selanjutnya, konflik Iran dan Israel dikhawatirkan menimbulkan dorongan inflasi karena naiknya harga energi sehingga tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar.

"Rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen," imbuh dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com