Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Citi Indonesia "Ramal" The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

Kompas.com - 22/05/2024, 20:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Citibank. N,A,, Indonesia (Citi Indonesia) memproyeksikan, bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve akan memotong suku bunga acuan pada Juli atau kuartal III-2024. Adapun, penurunan suku bunga tersebut akan berkisar pada 100 basis poin (bps) atau 1 persen dalam empat kali pemotongan tahun ini.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menjelaskan, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan sangat berpengaruh pada bank sentral Amerika Serikat Federal Reverse (The Fed). Suku bunga acuan AS sendiri sangat bergantung pada sekurang-kurangnya dua indikator yakni tingkat inflasi dan tingkat pengangguran (unemployment rate).

"Jerome Powell sendiri mengatakan, kapan saja dia melihat adanya pemelahan sektor pekerja, unemployment rate mulai accelerating, mereka akan memangkas (suku bunga acuan)," kata dia usai konferensi pers di Jakarta, (22/5/2024).

Baca juga: Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Ketika The Fed sudah memotong suku bunga, Indonesia memiliki peluang untuk turut menurunkan tingkat suku bunga acuan BI (BI rate). Hal ini karena, tingkat inflasi Indonesia pada 2024 diproyeksikan masih akan berada di bawah 3 persen.

"Itu memungkinkan untuk Bank Indonesia, cut rate, tetapi setelah dari Federal Reserve meng-cut itu (suku bunga)," imbuh dia.

Namun demikian, Batara bilang, kemungkinan pemotongan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih kecil dibandingkan total suku bunga yang diturunkan The Fed pada 2024.

"Kita lihat saja, ada berbagai implikasi, lihat situasi inflasi di Indonesia dengan budget defisit dan current account defisit," terang dia.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) Helmi Arman mengatakan, proyeksi pemotongan suku bunga The Fed tersebut masih dapat berubah.

"Kalau ternyata penurunan bunga The Fed itu mundur ke belakang, itu bisa mengakibatkan volatilitas di pasar US Treasury dan volatilitas arus dana ke emerging market," kata dia.

Helmi menjelaskan, penurunan suku bunga di Indonesia sangat bergantung pada siklus penurunan suku bunga The Fed. Citi Indonesia memperkirakan penurunan suku bunga BI akan berjalan lebih lambat dari penurunan suku bunga The Fed.

"Karena kami mempertimbangkan diferensiasi suku bunga rupiah dan dollar AS yang saat ini selisihnya cukup sempit. Diferensial suku bunga yang sempit ini berdampak negatif pada suplai valas di pasar, terutama korporasi karena tidak ada insentif bagi korporasi untuk menukarkan kelebihan dollar hasil ekspor ke rupiah," terang dia.

Hal tersebut tetap perlu memperhatikan tingkat inflasi dalam negeri yang terjaga, atau berada di bawah 3 persen. Pada bulan Mei ini harga bahan makanan seperti beras yang sempat menjadi penopang inflasi juga terlihat mulai turun.

Baca juga: Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Whats New
PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

Whats New
BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

Whats New
OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

Whats New
Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Earn Smart
Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Whats New
10 Kota Termahal di Dunia untuk Ekspatriat, 2 Ada di Asia

10 Kota Termahal di Dunia untuk Ekspatriat, 2 Ada di Asia

Whats New
High-speed Sleeper Train Perdana Beroperasi di Hong Kong, Segini Harga Tiketnya

High-speed Sleeper Train Perdana Beroperasi di Hong Kong, Segini Harga Tiketnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com