Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perkuat Daya Saing, Industri Manufaktur Harus Lakukan Banyak Terobosan

JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor industri manufaktur dinilai perlu memperbanyak terobosan di tengah ketatnya persaingan dengan pelaku usaha di kawasan Asia yang semakin ketat.

Inovasi melalui pemanfatan teknologi dan efisiensi proses produksi akan menjadi kunci bagi penguatan daya saing industri manufaktur di dalam negeri.

”Kalau mau inovasi ya teknologi walaupun pasti ada disrupsi di situ. Memang akan lebih efisien menggunakan teknologi dan jadi satu-satunya jalan,” jelas ekonom Universitas Indonesia Lana Sulistyaningsih dalam keterangannya, Rabu (21/8/2019).

Selama dua tahun terakhir, kontribusi sektor industri manufakur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional menurun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut di tahun 2018, sektor ini hanya berkontribusi 19,82 persen terhadap PDB sebesar Rp 14,837 triliun.

Adapun pada tahun sebelumnya industri manufaktur menyumbang 21,22 persen dari PDB RI sebesar Rp 13,588 triliun.

”Yang perlu jadi perhatian adalah pertumbuhan sektor manufaktur yang melambat. Jadi bukan pada prosentase kontribusi terhadap PDB saja yang perlu diwaspadai,” ujarnya.

Lana menyebut, banyak hal yang membuat daya saing industri nasional tidak solid. Masalah terbesar, imbuh dia, bukan berasal dari pelaku usahanya, namun lingkungan bisnis yang menciptakan biaya mahal.

”Beberapa faktor yang membuat biaya produksi mahal adalah aspek non teknis seperti pungli, macet, kadang ada bajing loncat. Biaya itu bisa mencapai 10 persen dari biaya produksi,” tambahnya.

Dalam riset yang dirilis Bank Dunia, peringkat kemudahan bisnis Indonesia saat ini level 73. Jauh lebih baik dibandingkan level 123 pada 2014 saat Jokowi kali pertama memimpin.

Level tersebut masih jauh di bawah Negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bahkan kalah dibandingkan Vietnam.

”Dari 10 parameter penilaian, kita hanya unggul dua parameter dari Vietnam yang ada di peringkat 60," terang Lana.

Dengan strategi yang tepat, sebenarnya banyak sektor industri yang sukses memperkuat bisnisnya. Contohnya dengan beralih menggunakan gas bumi sebagai sumber energi.

Dengan harga gas yang relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir, kinerja sektor industri pengguna gas bumi juga solid.

Sejumlah perusahaan keramik, misalnya, mampu mengoptimalkan peluang pasar dengan sangat positif. Contohnya, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk yang pendapatannya naik hingga 47,37 persen menjadi Rp 84 miliar di kuartal I 2019 dan laba bersih tumbuh 50 persen menjadi Rp 6 miliar.

Direktur Cahayaputra Asa Keramik Juli Berliana mengatakan, kinerja positif sepanjang kuartal I 2019 itu didorong oleh pengenaan bea masuk tindakan pengamanan terhadap impor ubin kemarik mulai Oktober 2018.

PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) jug mampu meraih pendapatan Rp 561,22 miliar, naik 13,44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Rp 494,71 miliar. Laba bersih ARNA juga naik 41,20 persen menjdi Rp 55,69 miliar.

Selama beberapa tahun ini pengusaha keramik seringkali mengeluhkan harga gas yang tinggi membuat produknya kalah bersaing. Salah satunya dengan produk keramik asal China.

https://money.kompas.com/read/2019/08/21/120600926/perkuat-daya-saing-industri-manufaktur-harus-lakukan-banyak-terobosan

Terkini Lainnya

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke