Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rontoknya Mal Kami

SECARA sederhana, isi utama dari mal itu ada tiga; department store (sebut saja toko serba ada), supermarket serta hypermarket (sebut saja pasar modern) dan kuliner.

Toko serba ada diwakili oleh Matahari, Ramayana, Metro, Sogo. Pada setiap daerah memiliki toko serba ada yang sudah menjadi penanda daerah tersebut, seperti misal Yogya di Jawa Barat, Rita di sepanjang jalur selatan Jawa Tengah dan Luwes di karesidenan Surakarta.

Seiring dengan menjamurnya merek-merek internasional yang masuk ke Indonesia, mal juga diserbu oleh specialty store yang hanya menjual satu merek saja. Sebut saja; Uniqlo, H&M, Mark and Spencer, Zara.

Pasar modern yang berada di mal diwakili oleh Super Indo, Hero, Carrefour, Hipermart, Lotte, Ranchmarket. Pada setiap daerah juga memiliki pasar modern yang sudah mengakar kuat di daerah tersebut, seperti Brastagi (Medan), Ramai (Yogya) dan Kaisar (Pontianak).

Untuk gerai kuliner, pada mal dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, berada pada satu pusat kuliner, lazim disebut food court.

Kelompok kedua, berdiri sendiri yang gerainya ada pada sudut-sudut mal. Gerai kuliner ini ada yang mengusung waralaba global, jejaring nasional dan merek lokal.

Ada yang bermain pada makanan cepat saji, dine in, kedai kopi hingga aneka minuman. Tumpah ruah yang dijajakan gerai kuliner ini.

Untuk mal besar, ditambah dengan gerai toko buku (Gramedia, Gunung Agung), toko perkakas rumah tangga, furnitur dan elektronik (Ace Hardware, Informa, Courts, Electronic City, Best Denki, Electronic Solution), toko olah raga (Sport Station, Fisik Sport, MG Sport), bioskop, bank, pusat kebugaran dan berbagai jenis lainnya.

Mal besar menjelma menjadi penyedia semua kebutuhan manusia. Bahkan yang tidak berhubungan dengan belanja dan kesenangan, seperti misal tempat perpanjangan SIM, kursus bahasa asing dan aneka kursus lainnya.

Peran mal yang signifikan ini membawa pengaruh signifikan pula pada penyerapan tenaga kerja.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah menyebut ada tiga juta tenaga kerja yang terserap di sektor ritel beserta produk turunannya.

Sedangkan yang bekerja di pusat perbelanjaan lima puluh persennya, atau satu juta lima ratus ribu tenaga kerja.

Dampak pandemi

Perkembangan mal di Indonesia menjanjikan. Mal bertumbuh hingga ke kota dan kabupaten kecil. Mal menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Hingga akhirnya datang pandemi yang meluluh-lantahkan industri ritel pada hulunya dan mal pada hilirnya. Belum pernah dalam sejarah hidupnya mal terpaksa tutup tiga bulan, dari April hingga Juni 2020.

Penutupan mal selama tiga bulan ini membawa dampak signifikan. Pertama yang terdampak pada sektor toko serba ada. Manusia banyak tinggal di rumah.

Mobilitas terbatas sehingga kebutuhan untuk membeli pakaian -termasuk juga tas dan sepatu- turun drastis.

Sebagai alat ukurnya adalah Matahari dan Ramayana karena gerainya ada dari Sabang sampai Merauke. Selama tahun 2020 penjualan Matahari rontok 52,3 persen dibanding 2019.

Pendapatan bersih dari Rp 10,27 triliun (2019) menjadi Rp 4,83 triliun (2020). Ramayana yang melayani pelanggan kelas menengah-bawah setali-tiga uang.

Jika pada pada 2019 pendapatan bersih Ramayana berada pada angka Rp 5,59 triliun, maka di tahun 2020 terjun bebas 54,8 persen menjadi Rp 2,52 triliun.

Kinerja jeblok ini tentu bersinggungan erat dengan keberadaan tokonya. Pada berbagai mal, terpaksa Matahari dan Ramayana menutup gerainya.

Pandemi selama 2020 yang menohok toko serba ada, secara teori tidak terlalu berdampak pada sektor pasar modern. Bukankah manusia tetap perlu makan dan minum?

Dengan demikian, pelanggan tetap mendatangi mal untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar modern? Tidak demikian adanya.

Sebelum pandemi sebenarnya sudah ada perubahan perilaku berbelanja konsumen, walaupun belum terlampau signifikan.

Pelanggan masih banyak berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk stok mingguan atau bulanan. Mereka mendatangi mal, untuk berbelanja di supermarket atau hypermarket.

Pandemi mempercepat perubahan perilaku ini. Mobilitas terbatas, menjadikan mayoritas pelanggan mengubah format belanja dari mingguan/bulanan menjadi harian. Minimarket yang ada pada setiap pengkolan jalan, menjadi jawabannya.

Pandemi akhirnya berdampak besar pada keberadaan pasar modern di mal. Banyak pasar modern mengibarkan bendera putih. Menyerah karena biaya operasional tidak bisa tertutup dengan pendapatan.

Mal alhasil ikut menanggung derita. Ruang besar yang disewa pasar modern, kosong melompong.

Siapa penyelamat mal? Bisnis kuliner.

Ada karakter kuliner yang tidak bisa digantikan oleh digital: meriung. Hubungan langsung antar manusia. Pembatasan mobilitas yang berlangsung lama tetap tidak bisa mencegah kodrat manusia sebagai mahkluk sosial.

Kuliner yang tersaji di mal menjadi pilihan utama untuk meriung kembali. Ditambah lagi beberapa jenis kuliner memang tidak bisa didaringkan (dijual online).

Kuliner mendongkrak pengunjung mal, walaupun ada pembatasan dari kapasitas.

Penutupan jilid kedua

Kuartal pertama 2021, pendapatan bersih Matahari Rp 1,16 triliun. Memang masih dibawah pendapatan 2020 yang Rp 1,54 triliun.

Hanya saja sebagai pembanding tidak tepat karena kuartal pertama 2020, Matahari masih bisa beroperasi penuh hingga Maret 2020. Sementara pada 2021, masih ada dampak pandemi dan PSPB ketat.

Kinerja kuartal pertama 2021 Ramayana juga menunjukkan titik terang. Pendapatan bersih pada angka Rp 490,94 miliar. Walaupun masih jauh dibanding dengan kuartal pertama 2020 yang meraup Rp 916, 13 miliar.

Melihat kinerja Matahari dan Ramayana pada kuartal pertama, para pakar sepakat bahwa 2021 dua raksasa ritel nasional ini akan meraih keuntungan. (Tabloid Kontan, 10/5/2021).

Berbasis pada kinerja kuartal pertama Matahari dan Ramayana, maka pada 2021 diperkirakan mal akan lebih cemerlang dibanding 2020.

Namun cerita berubah super cepat. Meminjam judul lagu Koes Plus, kisah sedih di hari Minggu datang terlalu awal.

Ledakan covid sesudah Lebaran ternyata melampaui dari apa yang diperkirakan. Sejak Juni 2021 jumlah korban baik yang terpapar maupun meninggal, setiap hari menciptakan rekor.

Alhasil rem pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat ditarik pemerintah. Salah satu rem super pakem ini adalah menutup mal.

PPKM darurat menyebut mal ditutup mulai 3 Juli hingga 20 Juli 2021. Namun melihat kondisi lapangan, penutupan mal akan lebih panjang dari 20 Juli 2021. Dan belum tahu kapan mal dibuka kembali.

Membuka mal kembali dari tidur berminggu-minggu tidak seperti membalikkan tangan. Perlu waktu jauh lebih panjang dari lamanya durasi waktu mal ditutup untuk mendatangkan kembali pelanggan.

Masa depan mal

Dalam sejarah modern, belum ada kajian dan contoh bangkitnya mal setelah lama pingsan terdampak pandemi.

Ilmu-ilmu manajemen dan kaidah-kaidah bisnis belum mampu untuk menganalisis karena belum ada pembandingnya.

Lalu bagaimana masa depan mal? Kearifan kuno akhirnya yang akan menjawab.

Pada awal mula, tidak dapat dibenarkan mendirikan perusahaan untuk tujuan yang sifatnya tidak mewakili kepentingan umum. (John P. Davis, Corporation, ditulis pada 1800-an).

Mendirikan perusahaan ada unsur-unsur ilahiah. Alhasil nama-nama perusahaan yang kemudian menjadi raksasa, awal mula banyak diambil dari Kitab Suci, seperti Bethlehem Steel, Quaker Oat, Samsonite.

Saya percaya tangan-tangan ilahiah nanti yang akan menyelamatkan mal dan produk turunannya. Karena pada mal tempat mencari rejeki bagi jutaan manusia.

https://money.kompas.com/read/2021/07/07/063000526/rontoknya-mal-kami

Terkini Lainnya

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke