Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia: Pemerintah Perlu Reformasi Pajak dan Subsidi

Kompas.com - 22/06/2020, 14:13 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) menyarankan pemerintah untuk meningkatkan belanja pada sektor-sektor prioritas, seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia, Ralph Van Doorn mengatakan, penting menciptakan ruang fiskal untuk belanja prioritas, namun tetap dalam aturan fiskal seperti melalui reformasi pajak dan belanja.

Dia menilai, meningkatkan ruang fiskal semakin penting karena rasio penerimaan negara terhadap PDB masih tersendat dan lebih rendah dibanding tahun 2018 dalam jangka menengah, akibat lamanya pemulihan harga komoditas pasca-Corona.

Baca juga: Bank Dunia: Belanja RI Bidang Prioritas Masih Rendah dan Belum Efisien

Belum lagi dampak permanen dari pemotongan tarif pajak penghasilan perusahaan (WP badan) dari 25 persen menjadi 22 persen di tahun 2020, dan terjadi pemotongan lebih lanjut menjadi 20 persen di tahun 2022.

"Reformasi-reformasi ini, yang membutuhkan upaya berkelanjutan dalam jangka menengah, dapat mendapatkan tambahan ruang fiskal untuk belanja prioritas. Akhirnya membuat berkurangnya anggaran yang terekspos fluktuasi harga komoditas dan membuat anggaran lebih fleksibel," kata Ralph dalam konferensi video, Senin (22/6/2020).

Ralph menuturkan, ada 3 cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan belanja pada sektor prioritas, salah satunya adalah meningkatkan penerimaan pajak secara lebih baik dan lebih banyak.

Untuk meningkatkan penerimaan, kata Ralph, pemerintah harus memprioritaskan reformasi yang memperluas basis pajak konsumsi (PPN) dan pajak penghasilan (PPh) utama. Tujuannya untuk meningkatkan progresivitas pajak dan mencapai tujuan kesehatan.

"Pemerintah juga harus memperbaiki administrasi pajak untuk meringankan beban pembayaran pajak, yang akan mendorong peningkatan kepatuhan sukarela dalam membayar pajak," saran Ralph.

Sementara itu, meningkatkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) akan menyediakan tambahan pendanaan untuk belanja daerah. Reformasi sistem PNBP juga akan memobilisasi tambahan pendapatan.

Realokasi anggaran program tidak efisien

Selain menarik pajak, pemerintah perlu melakukan realokasi lebih lanjut terhadap belanja dari program subsidi energi dan pupuk yang tidak efisien untuk memberikan tambahan ruang fiskal.

Disebut tidak efisien karena Bank Dunia memperkirakan, masyarakat miskin dan rentan hanya menerima 21 persen subsidi minyak tanah dan LPG, 3 persen subsidi solar, dan 15 persen subsidi listrik.

Baca juga: APBN 2020 Direvisi Lagi, Subsidi Energi Dipangkas Rp 5,3 Triliun

"Dengan menghapus subsidi-subsidi energi ini, akan menghemat belanja sebesar 0,7 persen dari PDB per tahun. Menghapus subsidi pupuk juga akan menciptakan ruang belanja lebih efisien, efektif, dan berimbang di sektor pertanian," paparnya.

Di sisi lain, pemerintah harus memberikan ganti rugi kepada 40 persen penduduk termiskin untuk mengatasi dampak dari reformasi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com