JAKARTA, KOMPAS.com – Maybank Indonesia memastikan pangsa pasar keuangan Syariah masih menarik di masa pandemi Covid-19. Seperti yang diketahui, pandemi Covid-19 membawa tantangan yang nyata pada ekonomi dan aktivitas bisnis Syariah di Indonesia.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, potensi pengembangan perbankan Syariah di Indonesia sangat menjanjikan. Dalam kondisi pasar yang melemah akibat pandemi global, perbankan Syariah masih tetap dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional.
“Saya lihat banyak gebrakan dan pembentukan istitusi syariah ini diharapkan membawa perubahan mendasar bagi petumbuhan industri syariah. Gebrakan kami cukup agresif dari tahun 2014 yang masih nol, kini menjadi 20 persen dari pembiayaan Maybank, jadi ada 20 persen profitnya yang sudah halal,” ujar Taswin, melalui video konferensi, Kamis (2/7/2020).
Baca juga: Pengusaha Minta Restrukturisasi Kredit Diperpanjang Lebih dari 1 Tahun
Taswin mengatakan, pertumbuhan bisnis syariah pada tahun 2019 berada pada tingkat 8 persen. Sementara itu, pemerintah memproyeksikan pangsa pasar keuangan Syariah meningkat menjadi 20 persen pada tahun 2023-2024 mendatang.
Target tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku industri perbankan Syariah, terutama Maybank Indonesia.
“Untuk dapat merealisasikan kontribusi dan perannya, perbankan Syariah membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai seperti diantaranya regulasi, kesiapan teknologi, investasi sumber daya guna melakukan penetrasi pasar dan penyediaan solusi keuangan berbasis Syariah yang menjawab kebutuhan masyarakat dan tantangan bisnis saat ini,” kata dia
Sejak tahun 2014, Maybank Indonesia telah menjalankan strategi Shariah First, dan memberi kontribusi 20 persen terhadap aset Maybank Indonesia.
Baca juga: Selain Indonesia, Ada 6 Negara Lain yang Naik Kelas Menurut Bank Dunia
Tak hanya itu, Maybank Indonesia juga melakukan pembiayaan Syariah pada sejumlah proyek strategis termasuk pada bidang infrastruktur, pertambangan, transportasi udara dan pengelolaan bandara.
“Di tahun 2014 kami melakukan pembaiayaan terbesar kepada korporasi besar yaitu kepada Garuda untuk keberangkatan haji, kita diminta solusi Rp 1,5 triliun, dan itu transaksi pertama yang merupakan transaksi terbesar,” ucapnya.
Di tahun yang sama, Angkasa Pura pertama kalinya mendapatkan pembiayaan untuk ekspansi dan perbaikan bandara sebesar Rp 2 triliun.
“Ada persepsi bahwa perbankan syariah masih mengurus yang kecil saja, kesannya perbankan syariah bukan profit oriented. Sepeti hal yang tidak menguntungkan diserahkan ke syariah, padahal total transaksi saat itu untuk 2 projek Rp 3,5 triliun,” tuturnya.
Baca juga: Buwas Pede RI Tak Perlu Impor Beras Hingga Akhir Tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.