Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Kredit Seret, Penempatan Dana Pemerintah ke Perbankan Terancam Mubazir?

Kompas.com - 28/07/2020, 09:06 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah membantu perbankan pelat merah yang tergabung dalam Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara), pemerintah juga baru saja melakukan penempatan dana ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp 11,5 triliun.

Namun bantuan likuiditas berupa penempatan dana pemerintah ke perbankan itu dinilai beberapa pihak berisiko mubazir. Sebab, permintaan dan penawaran kredit juga masih loyo di tengah pandemi.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, dari pihak UMKM masih enggan mengambil kredit lantaran sumber perekonomian, yaitu konsumsi di tingkat masyarakat menengah ke bawah masih belum bergerak.

Baca juga: Harga Emas Antam Bakal Tembus Rp 1 Juta Per Gram?

Di sisi lain, perbankan juga cenderung akan selektif dalam memberi kredit.

"Pasti masih lebih selektif ketimbang sebelum resesi," ujar Tauhid kepada Kompas.com.

Untuk diketahui, pada berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2020 lalu, kredit perbankan hanya tumbuh 3,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).

Hal tersebut menunjukkan lesunya penyaluran kredit perbankan pada kuartal II tahun ini.

"Growth kredit bulan kemarin 3 persen, permintaan kredit rendah, artinya tidak ada aktivitas, ekonomi memang lagi turun," jelas dia.

Adapun Menteri Keuangan Sri Muyani Indrawati mengatakan, dengan dana titipan pemerintah tersebut, harapannya perbankan dapat menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang produktif. Bahkan menurutnya, BPD seharusnya mampu meningkatkan penyaluran kredit hingga dua kali lipat.

"Saya minta leverage-nya dua kali, jadi kalau seumpamanya DKI Jakarta Rp 2 triliun kita harap bisa menyalurkan kredit Rp 4 triliun, atau bahkan Himbara bisa tiga kali lipat," jelas Sri Mulyani dalam paparannya.

Lebih rinci Bendahara Negara itu menjelaskan, alokasi untuk masing-masing BPD yakni, sebesar Rp 2,5 triliun untuk BPD Jawa Baret, BPD Jawa Tengah sebesar Rp 2 triliun, BPD Jawa Timur Rp 2 triliun, selain itu BPD Sulawesi Utara dan Gorontalo sebesar Rp 1 triliun.

Adapun BPD DKI Jakarta mendapatkan alokasi sebesar Rp 2 triliun.

Baca juga: Hindari Resesi, Pemerintah Bakal Belanja Besar-besaran

Sri Mulyani pun mengungkapkan, selain bank-bank tersebut, pemerintah juga tengah mengkaji untuk melakukan penempatan dana di BPD Bali dan BPD DI Yogyakarta sebesar masing-masing Rp 1 triliun.

"Ini sudah siap untuk disalurkan tujuannya adalah mendorong ke daerah," jelas Sri Mulyani.

Namun demikian, Sri Mulyani mengatakan uang pemerintah yang dititipkan tersebut tidak boleh dipakai untuk dua hal, yakni membeli surat berharga negara (SBN) atau membeli valuta asing.

Pasalnya, uang tersebut harus mampu dikucurkan ke UMKM yang terdampak pukulan pandemi virus corona (Covid-19).

Baca juga: BPD Dapat Penempatan Dana Rp 11,5 Triliun dari Pemerintah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com