Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Jika GoTo Melantai di Bursa, Ini Dampaknya bagi Reksa Dana

Kompas.com - 02/06/2021, 10:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perkiraan bobot untuk 10 saham kapitalisasi terbesar ditambah GoTo, dengan asumsi data April 2021 adalah sebagai berikut: 

1. Bank BCA (BBCA), Rp 781.6 T – 11.02% menjadi 10.24%
2. GoTo, Rp 535 T – 7.01%
3. Bank BRI (BBRI), Rp 494.5 T – 6.97% menjadi 6.48%
4. Telkom (TLKM), Rp 316.9 T – 4.47% menjadi 4.15%
5. Bank Mandiri (BMRI), Rp 285.2 T – 4.02% menjadi 3.73%
6. Unilever (UNVR), Rp 228.9 T – 3.23% menjadi 2.99%
7. Astra Internasional (ASII), Rp 222.6 T – 3.14% menjadi 2.91%
8. Chandra Asri Petrochemical (TPIA), Rp 179.6 T – 2.53% menjadi 2.35%
9. HM Sampoerna (HMSP), Rp 153.5 T – 2.16% menjadi 2.01%
10. Bank Jago (ARTO), Rp 139.2 T – 1.96% menjadi 1.82%
11. Elang Mahkota Teknologi (EMTK), Rp 137.0 T – 1.93% menjadi 1.79%

Dampak bagi reksa dana

Apakah dengan IPO GoTo akan membuat masyarakat berbondong-bondong membeli reksa dana? Rasanya tidak. Kemungkinan masyarakat akan membelinya langsung melalui aplikasi trading saham yang sekarang juga semakin mudah diakses.

Pengaruh IPO GoTo terhadap reksa dana adalah lebih daripada sisi pengelolaannya, terutama reksa dana yang alokasi di sahamnya besar seperti reksa dana saham dan reksa dana campuran.

Kinerja reksa dana yang berbasis saham umumnya dibandingkan dengan IHSG. Reksa dana sendiri juga merupakan sekumpulan portofolio yang terdiri atas saham-saham dengan bobot tertentu.

Berbeda dengan bobot saham dalam IHSG yang ditentukan oleh Market Caps, bobot saham dalam reksa dana saham ditentukan berdasarkan keyakinan atau conviction dari Manajer Investasi terhadap fundamental, valuasi dan atau prospek saham tersebut di masa mendatang.

Karena adanya keyakinan itulah, biasanya bobot saham dalam reksa dana dan IHSG berbeda. Misalkan jika di IHSG bobot BCA sampai dengan 11 persen, maka di reksa dana mungkin 5-9,5 persen karena adanya batasan 10 persen dana kelolaan pada 1 instrumen.

Ada kemungkinan juga, reksa dana saham tidak punya sama sekali karena ada pertimbangan yang lainnya oleh Manajer Investasi.

Jika simulasi di atas menjadi kenyataan, dimana bobot GoTo adalah 7 persen dari IHSG, apakah hal ini akan membuat Manajer Investasi mempertimbangkan saham ini?

Bobot 7 persen adalah angka yang besar untuk IHSG. Bahkan jika nantinya saham ini likuid dan fundamentalnya lolos saringan, sehingga masuk ke dalam IDX-30 atau LQ-45 yang menjadi indeks acuan utama, bobot di indeks tersebut mungkin bisa mencapai antara 10 – 12 persen.

Baca juga: Ada GoTo, Bagaimana Nasib OVO di Tokopedia?

Dengan bobot yang besar, tentu saja Manajer Investasi mau tidak mau harus mempertimbangkan saham ini dalam portofolionya. Tinggal disesuaikan bobotnya saja.

Apakah lebih besar, lebih kecil atau di sekitar bobot saham tersebut terhadap IHSG.

Mungkin saja dengan pertimbangan jika valuasinya terlalu mahal, ada manajer investasi tidak punya sama sekali sambil menunggu harganya turun ke level valuasi yang wajar / murah.

Sebab tidak semua saham e-commerce unicorn yang IPO harganya naik. Setelah semua “hype” lewat, pada akhirnya kembali pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Harga IPO sendiri juga bukan merupakan suatu kepastian. Berkaca pada pengalaman di China, bahkan last minute bisa dibatalkan oleh regulator. Kemungkinan ini kecil kalau di Indonesia, tapi jika dilakukan secara dual listing, maka bisa saja terjadi di bursa luar negerinya.

Sekalipun bukan batal, tapi tunda, bisa saja berdampak pada ekspektasi dan pergerakan harga ke depannya. Pada akhirnya, selalu bijaksana dalam berinvestasi.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com