Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Revisi ke Atas Pertumbuhan Ekonomi RI Menjadi 5 Persen di Tahun 2022

Kompas.com - 17/06/2021, 11:51 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,0 persen pada tahun 2022. 

Proyeksi ini lebih baik dibanding prediksi sebelumnya di angka 4,8 persen. Adapun pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi RI bisa mencapai 4,4 persen.

Namun demikian, proyeksi ini di bawah target pemerintah pada rentang 5,2 persen-5,8 persen.

"Ada margin ketidakpastian yang sangat tinggi. Apabila kita melihat proyeksi pertumbuhan, yaitu 4,4 persen pada 2021 dan proyeksi 5 persen di 2022," kata Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Habib Rab dalam Indonesia Economic Prospects, Kamis (17/6/2021).

Baca juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,8 Persen di 2022, Pemerintah Diminta Dorong Konsumsi

Habib menuturkan, angka pertumbuhan pada tahun 2022 diasumsikan dari lebih cepatnya pemberian dosis vaksinasi Covid-19 kepada rakyat. Namun agar sesuai prediksi, Indonesia dinilai perlu menyelesaikan tiga tantangan.

Tiga tantangan yang dimaksud adalah menang melawan penyebaran Covid-19 dengan vaksinasi massal, mensejajarkan strategi fiskal dan moneter sampai pemulihan ekonomi lebih kuat, dan mengembangkan strategi fiskal jangka menengah seperti meningkatkan pendapatan negara melalui pajak.

Habib menuturkan, prioritas vaksinasi harus diperluas ke daerah-daerah lain dengan transmisi tinggi.

"Kemudian testing, tracing, dan akselerasi untuk intervensi menjadi penting, bersamaan dengan restriksi pergerakan dari orang-orang," beber Habib.

Tantangan selanjutnya adalah mengelola tekanan finansial dari luar untuk menahan tingkat inflasi yang terlalu tinggi. Upaya menjaga tingkat suku bunga acuan pun perlu dilakukan, tapi di sisi lain mampu menahan aliran modal keluar. Cara-cara ini mampu memulihkan ekonomi dalam jangka menengah.

Adapun untuk pemulihan jangka pendek, Bank Dunia menyarankan Indonesia terus menyalurkan bantuan sosial yang memadai dalam upaya mengurangi risiko terkait kemiskinan yang meningkat.

Baca juga: Vaksinasi Jadi Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi 2022 Capai 5,2 Persen

Terungkap, dengan dipertahankannya paket bantuan sosial seperti pada tahun 2020 di tahun 2021, maka berpotensi menjaga 4,7 juta orang tetap berada di luar kemiskinan.

"Dalam asesmen kami, menjaga paket bantuan akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan dengan cukup signifikan, dan kebijakan fiskal akan turut mendorong program vaksinasi. Bila vaksinasi baik, maka menjaga kepercayaan masyarakat," tutur Habib.

Langkah ketiga yakni mengembangkan strategi fiskal jangka menengah, termasuk rencana yang jelas untuk meningkatkan pendapatan pajak dan menekankan belanja prioritas.

Habib meyakini, meningkatkan pendapatan negara dari pajak dapat membantu Indonesia kembali pada defisit fiskal 3 persen dari PDB pada tahun 2023.

"Revenue atau pendapatan kalau ada krisis naiknya susah sekali. Tapi pada saat yang bersamaan belanja negara harus naik. Oleh karena itu belanja prioritas dan peningkatan basis pajak menjadi sangat relevan," pungkas Habib.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com