JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berencana membuka opsi lain untuk melakukan efisiensi, selain program pensiun dini. Salah satunya adalah penawaran cuti di luar tanggungan perusahaan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (21/6/2021).
"Ini memang belum ditawarkan, jadi memang kami merencanakan menawarkan skema cuti di luar tanggungan," ujarnya.
Baca juga: Dirut: 1.099 Karyawan Garuda Indonesia Telah Ajukan Pensiun Dini
Ia mengatakan, skema tersebut menargetkan para karyawan Garuda Indonesia yang memungkinkan untuk meninggalkan perusahaan dalam jangka waktu tertentu, seperti karyawan yang akan atau telah melahirkan, maupun karyawan yang tengah melanjutkan studi.
"Seperti yang melahirkan, ini supaya memberi mereka ruang lebih luas bersama anak. Atau yang punya keperluan-keperluan lain terutama mereka yang ambil kuliah atau sekolah, dan ada kepentingan lain yang di mana mereka bisa tinggalkan perusahaan dalam kurun waktu tertentu," jelas Irfan.
Menurutnya, skema-skema untuk melakukan efisiensi terus dikaji manajemen perusahaan untuk menekan beban operasional yang tinggi, mengingat perusahaan terus merugi. Penawaran ini pun akan didiskusikan pula dengan serikat pekerja.
Ia bilang, dari program pensiun dini yang ditawarkan selama periode 19 Mei-19 Juni 2021, baru sebanyak 1.099 karyawan yang memanfaatkannya. Menurut Irfan, jumlah tersebut masih di bawah harapan perusahaan.
Maskapai pelat merah itu berupaya untuk menyesuaikan jumlah karyawan dengan kemampuan operasional perusahaan. Sebab pada masa pandemi Covid-19 saat ini, jumlah pesawat Garuda Indonesia yang beroperasi pun sangat minim.
Baca juga: Bursa Hentikan Sementara Perdagangan Saham Garuda Indonesia
"Hasil yang masuk dari 1.000-an itu memang masih jauh di bawah harapan kami. Jadi kami akan ada penawaran-penawaran lain kedepannya yang akan kami diskusikan dengan teman-teman lainnya," kata dia.
Irfan memastikan, upaya efisiensi yang dilakukan manajemen pada dasarnya bertujuan untuk menyelamatkan perusahaan yang mengalami krisis keuangan di tengah pandemi. Ia bilang, tak ada maksud jahat di balik penawaran yang diberikan perusahaan kepada karyawan.
"Yang jelas kami tidak punya keinginan sama sekali menzalimi karyawan. Kami juga tahu persis hari ini memang bukanlah waktu yang tepat untuk kemudian orang di paksa keluar, jadi kami memang perlu tahu juga bahwa kami mesti menjaga kepentingan bersama," pungkas Irfan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.