Salah seorang peternak ayam petelur asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Muhammad Irham Faro, mengatakan saat ini kondisi peternak ayam layer tengah kondisi sekarat.
Harga telur ayam yang anjlok gila-gilaan membuat banyak peternak merugi. Di beberapa daerah, sudah banyak peternak memutuskan untuk berhenti sementara beternak karena biaya produksi yang tinggi.
"Ini terparah. Mau nangis mas. Aku jual ke sales (pengepul) saja Rp 16.500/kg. Kirim ke grosir masih dapat Rp 17.500/kg," ungkap Faro dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (9/9/2021).
Menurut dia, di beberapa sentra penghasil telur ayam, harganya bahkan di bawah Rp 16.000/kg. Di Blitar contohnya, harga telur per kg hanya dibanderol Rp 14.500/kg beberapa hari lalu. Jauh dari harga pokok produksi (HPP) yang berada di kisaran Rp 18.000-19.000/kg.
Baca juga: Peternak Ayam: Pak Jokowi, Kalau Begini Terus Nangis, Bangkrut Kita
"Masih mending saya, tapi ya enggak ada untung. Cuma buat beli pakan saja," kata peternak muda yang menggeluti budidaya ayam petelur selepas lulus kuliah ini.
Peternak sendiri tak punya pilihan lain selain harus menjual telurnya dengan harga murah ke pengepul. Jika tak segera dijual, peternak bakal kesulitan membeli kebutuhan pakan ayam.
Harga pakan ayam sendiri sudah mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Kenaikan pakan ini tak diimbangi dengan harga telur yang justru terjerembab.
Harga jual telur itu lebih rendah dibandingkan harga acuan yang ditetapkan pemerintah. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, harga acuan pembelian telur di tingkat peternak ditetapkan Rp 19.000-Rp 21.000 per kg.
Di sisi lain, harga pakan unggas naik 15 persen sehingga berdampak pada kenaikan ongkos produksi. Kenaikan pakan terutama dipicu oleh naiknya harga bungkil kedelai seiring dengan kenaikan harga kedelai di pasar global.
Baca juga: Janji Jokowi Bawa RI Swasembada Kedelai dalam 3 Tahun dan Realisasinya
Saat harga telur tengah anjlok, lanjut Faro, peternak ayam semakin babak belur dengan harga pakan yang melambung tinggi.
Selama ini, banyak peternak layer yang mengandalkan pakan racikan sendiri dengan bahan utama jagung. Namun harga jagung saat ini tengah melambung, pasokannya pun susah didapat.
Setali tiga uang, peternak yang mengandalkan pakan jadi dari pabrikan juga harus menderita karena harganya yang terus naik.
Sambung Faro, selain harga pakan tinggi, harga anakan ayam (DOC) juga mengalami kenaikan sejak beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Kartu Pra Kerja, Janji Kampanye Jokowi yang Dikebut Demi Lawan Corona
Ia berharap, pemerintah bisa memerhatikan dan membantu peternak kecil. Mengingat sektor peternakan ayam selama ini jadi salah satu usaha kecil yang menggerakkan ekonomi di pedesaan, terlebih di masa pandemi Covid-19.
"Pak Jokowi, kalau begini terus nangis, bangkrut kita peternak," ucap Faro.
Dia berharap pemerintah mengatur soal tata niaga telur ayam, mengatur harga dan pasokan pakan ayam tetap stabil, termasuk mengatur harga DOC yang selama ini dikuasai perusahaan-perusahaan integrator besar.
Jika kondisi sulit terus dibiarkan, peternak ayam petelur akan bernasib sama dengan peternak ayam broiler mandiri atau peternak rakyat yang selama beberapa tahun terakhir banyak yang gulung tikar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.