Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Banggar DPR: 3 Tahun ke Depan Indonesia Bisa Swasembada Beras hingga Daging

Kompas.com - 20/09/2021, 14:32 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ingin komoditas pangan dari beras hingga daging bisa dipenuhi sendiri atau swasembada negeri dalam 3 tahun ke depan.

Ketua Banggar Said Abdullah mengatakan, target tersebut bisa tercapai jika pemerintah mulai mengubah komposisi TKDD dengan transfer berbasis kontrak.

Melalui metode ini, belanja sektor pertanian untuk ketahanan pangan harus minimal 40 persen dari anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik dalam komponen Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).

Baca juga: Harga Beras Naik di Agustus 2021, BPS: Sudah Jarang Panen Padi

"Kami mengarahkan DAK Fisik sebanyak 40 persennya untuk membangun sektor pertanian, khususnya infrastruktur yang menopang sektor pertanian. Tujuannya agar setidaknya 3 tahun ke depan sektor pangan kita mampu dipenuhi dari produksi dalam negeri dan tidak banyak komponen pangan kita bergantung dari impor," kata Said dalam Rapat Banggar, Senin (20/9/2021).

Adapun untuk tahun 2022, Banggar sepakat menganggarkan TKDD sebesar Rp 770,4 triliun dalam RAPBN. TKDD ini terdiri dari transfer ke daerah Rp 702,4 triliun dan dana desa Rp 68 triliun.

Anggaran transfer ke daerah Rp 702,4 triliun itu terdapat anggaran DAK Fisik untuk semua Pemerintah daerah (Pemda).

Selain melalui DAK Fisik, Said juga meminta pemerintah untuk mengarahkan 25 persen dari Dana Desa untuk menopang sektor pertanian.

Langkah ini, kata Said, sejalan dengan berbagai program bendungan yang dibangun oleh Presiden Jokowi. Saluran irigasi primer dari bendungan itu terintegrasi aaluran irigasi sekunder dan tersier yang menjadi tanggung jawab Pemda.

"Keterpaduan ini akan mempercepat pembangunan sektor pertanian kita yang menopang tenaga kerja paling besar. Apalagi selama pandemi sektor pertanian mampu bertahan dan menambah tenaga hingga 2,77 juta pekerja," ucap Said.

Baca juga: Antisipasi Banjir Daging Ayam Impor, RI Harus Perkuat Industri Perunggasan

Said merasa, tahun 2022 adalah tahun yang tepat untuk memulai langkah afirmatif tersebut. Indonesia sebagai negara agraris seharusnya sudah mampu menjalankan swasembada pangan.

Sayang hingga kini, Pemda masih banyak yang mengusulkan anggaran pembangunan jalan alih-alih infrastruktur pertanian. Tak heran, RI masih mengimpor kebutuhan pangan dari luar negeri.

"Sudah waktunya pemerintah pusat memberi warning ke daerah bahwa yang diperlukan itu sebenarnya perut rakyat. Kita jangan pernah abai. Masa iya negara seluas ini masih impor beras, impor daging, enggak lucu juga kali, Pak. Seharusnya kita sudah berdaulat daei sisi pangan," pungkas Said.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com