Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 Membuat Digitalisasi Jadi Keniscayaan bagi Perbankan

Kompas.com - 21/10/2021, 14:38 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Transformasi digital dalam sektor jasa keuangan, khususnya perbankan, menjadi suatu keniscayaan.

Ini selaras dengan adanya pergeseran permintaan atau kebutuhan konsumen seiring berjalannya waktu.

Pandemi Covid-19 pun mempercepat pergeseran pola konsumen tersebut. Sebab, dengan terbatasnya ruang gerak masyarakat, kebutuhan akan solusi digital untuk mengakses berbagai layanan keuangan menjadi semakin nyata.

Baca juga: Tingkatkan Literasi Keuangan, OJK Gandeng GoTo Hadirkan Kampus UMKM Bersama

"Memang kalau kita melihat ini secara general, terjadi pergeseran permintaan pelanggan dari layanan perbankan yang bersifat fisik menjadi bersifat digital," ujar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, kepada Kompas.com, Kamis (21/10/2021).

Tingginya kebutuhan akan solusi digital perbankan terefleksikan dari terus tumbuhnya nilai transaksi secara digital.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), nilai transaksi digital pada paruh pertama tahun 2021 meningkat 39,39 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 17.901,76 triliun.

"Maka pengembangan teknologi di bidang perbankan merupakan sebuah keharusan mengingat pasar sudah berubah. Perbankan yang tidak dapat mengembangkan teknologi bisa dibilang akan kalah dibandingkan bank yang mampu menerapkan digitalisasi dan bank digital," tutur Huda.

Huda menilai, kolaborasi menjadi salah satu langkah yang dapat dilakukan perbankan untuk bisa beradaptasi di tengah fenomena percepatan digitalisasi.

Baca juga: Lagi, Gubernur BI Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit

Sementara itu, Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Armand Wahyudi Hartono mengatakan, kehadiran teknologi digital, memungkinkan terciptanya kerja sama antar pihak dengan sangat mudah.

Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor jasa keuangan, BCA disebut tidak bisa memfasilitasi seluruh kebutuhan konsumennya.

Namun, dengan adanya teknologi digital, bank swasta terbesar itu bisa menjadi infrastruktur utama, bagi platform digital yang bergerak di sektor industri lain.

"Bisnis model kita terkait dengan pembayaran dan kredit. Di mana ketika ada pembayaran dan kredit, bank bisa hadir di sana. Di situ lah teknologi hadir,," kata Armand dalam gelaran Indonesia Knowledge Forum (IKF) X-2021.

"Buat kami, kami tidak perlu untuk selalu terlihat di depan, tapi berada di belakang setiap transaksi, dan itu sangat penting bagi kami," tambah dia.

Baca juga: Jenius Bank BTPN Dukung Penangkapan Polisi terhadap Terduga Pelaku Kejahatan Perbankan

Armand menilai, kehadiran teknologi digital seperti Application Programming Interface (API) memungkinkan perbankan untuk dapat berkolaborasi dengan platform lainnya dalam pengembangan ekosistem digital.

"Ini sebelumnya tidak ada. Namun, selama 10 tahun terakhir ini yang merubah segalanya, dan meningkatkan transaksi dan data," ujar dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com