Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia-Ukraina Bikin Wall Street Kembali Jeblok, Saham American Express hingga Nike Rontok

Kompas.com - 08/03/2022, 06:36 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com – Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street Saham merah pada penutupan perdagangan Senin (7/2/2022) waktu setempat (Selasa pagi WIB).

Pelemahan yang terjadi selama empat minggu berturut-turut ini, karena konflik Rusia dan Ukraina meningkatkan kekhawatiran pasar akan potensi kenaikan harga energi, serta perlambatan ekonomi dan kenaikan inflasi.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 797,42 poin (2,3 persen) di level 32.817,38. Penurunan DJIA ini terseret oleh amblesnya saham American Express hampir mencapai 8 persen, dan Boeing 6,4 persen.

Baca juga: 10 Saham Paling Banyak Dikoleksi Asing dalam Sepekan, Ada Saham Bank Jago hingga Bank Neo Commerce

S&P 500 turun mendekati 3 persen menjadi 4.201,09, dengan rata-rata pelemahan indeks didalamnya mencapai 12 persen, termasuk United Airline yang ambles 15,01 persen dan Delta Air Lines terjun 12,7 persen.

Pelemahan terdalam terjadi pada Nasdaq Composite sebesar 3,6 persen menjadi 12.830,96.

Melansir CNBC, Kepala Strategi Investasi untuk Leuthold Group Jim Paulsen mengatakan, pelemahan Wall Street terjdai seiring berlanjutnya perang Rusia-Ukraina, dan investor memantau potensi konsekuensi ekonomi dari gangguan pasokan energi global.

"Konflik ini berakibat pada 'stagflasi' yang dengan cepat menjadi fokus utama dalam strategi portofolio investor. Kekhawatiran investor ini juga terkait dengan kesiapan kemungkinan pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi," kata Jim Paulsen.

Pada hari Minggu, harga minyak AS mencapai level tertinggi sejak 2008 di tengah perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan minyak AS mencapai 130 dollar AS per barel, minyak WTI ditutup naik 3,2 persen pada 119,40 dollar AS per barel, sementara patokan internasional, minyak mentah Brent, melonjak menjadi 139,13 dollar AS per barel.

Saham-saham energi juga naik bersamaan dengan harga minyak, seperti Baker Hughes meroket 4,7 persen, Chevron naik 2,1 persen, dan Exxon Mobil melesat 3,6 persen.

Kekhawatiran investor akan perlambatan pertumbuhan ekonomi juga tercdermin dari pelemahan pada saham-saham perbankan. Saham Citigroup melemah 1,8 persen, dan Bancorp AS ambles sekitar 3,9 persen.

Emiten-emiten merek ternama seperti McDonald's, Starbucks, dan Nike juga terjun seiring dengan kekhawatiran akan kenaikan harga gas yang mencapai 4 dollar AS. Pada hari Minggu, harga gas melonjak ke level tertinggi sejak 2008, dengan rata-rata di seluruh AS mencapai 4,06 dollar AS per galon. Nike Nike ambles 5,1 persen, sementara McDonald's turun 4,8 persen.

Baca juga: Investasi Saham atau Buka Usaha, Pilih Mana?

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan pada hari Minggu, AS dan sekutunya sedang mempertimbangkan untuk melarang impor minyak dan gas alam Rusia sebagai tanggapan atas serangan negara itu terhadap Ukraina.

Ketua DPR Nancy Pelosi juga mengatakan secara tertulis kepada rekan-rekan Demokrat, terkait dengan larangan impor minyak Rusia. Langkah ini juga dinilai bisa lebih mengisolasi Rusia dari dari ekonomi global.

"Pasar ekuitas sedang bergulat dengan pasokan komoditas, termasuk terutama harga minyak, dan kekhawatiran akan stagflasi, bukan hanya kejutan inflasi. Ekuitas akan menjadi kunci dari perubahan harga minyak dan prospek embargo minyak dari Rusia," kata kepala ekonom AS di Oxford Economics Kathy Bostjancic.

Baca juga: Wall Street Ditutup Merah, Saham Tesla, Zoom, Amazon Rontok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com