Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahlil Sebut Tak Semua Negara Ingin Negara Berkembang Jadi Negara Maju

Kompas.com - 26/09/2022, 16:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, tak semua negara maju mau mendukung negara berkembang bertransformasi menjadi negara maju. Ia bilang, sebagian negara maju tak ingin Indonesia melakukan hilirisasi sumber daya alam (SDA).

Menurut Bahlil, kondisi itu disadarinya usai melakukan pertemuan tingkat menteri dengan negara-negara anggota G20 di Bali. Pada forum itu sempat diperdebatkan mengenai kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah SDA.

"Ternyata tidak semua negara di dunia ini ingin negara-negara berkembang itu maju menjadi negara maju. Kebijakan Bapak Jokowi tentang hilirisasi penciptaan nilai tambah dan kolaborasi dengan UMKM, ternyata itu belum menjadi satu konsensus utuh bagi negara G20," ungkapnya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Senin (26/9/2022).

Baca juga: Harga Karbon di TIIMM G20 Tak Disepakati, Bahlil: Kami Sudah Perjuangkan

Lantaran hilirisasi belum menjadi kesepakatan bersama, kata dia, Indonesia pun terus memperjuangkan dalam forum-forum G20 untuk kebijakan menciptakan nilai tambah SDA bisa disepakati. Menurut Bahlil, ia menekankan, bahwa kebijakan hilirisasi yang dilakukan menjadi kunci utama untuk RI bisa naik kelas menjadi negara maju.

"Saya katakan (dalam forum) bahwa ini perintah Presiden, tidak ada cara lain untuk Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju, selain harus dengan hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah," kata dia.

"Perdebatan berbulan-bulan. Alhamdulillah sudah lolos, jadi sekarang enggak boleh lagi ada negara lain untuk menghambat tentang hilirisasi, sudah di-goal-kan, dan nilai tambah ujungnya," lanjut Bahlil.

Upaya Indonesia untuk mendorong kolaborasi antara investor asing dengan pengusaha daerah atau UMKM, juga sempat ditentang. Bahlil bilang, meskipun RI sudah memiliki Undang-Undang Cipta Kerja yang mengatur hal itu, namun negara lain belum menerimanya.

Baca juga: Menteri Bahlil Sebut Masih Terjadi Ketidakadilan Arus Investasi

Menurutnya, Indonesia mempertahankan pendiriannya dan berdebat dengan delegasi sejumlah negara, termasuk United Kingdom (UK), Eropa, dan Amerika Serikat. Lewat perdebatan yang setidaknya memakan waktu tiga jam itu, negara-negara G20 mulai memahami perlunya investor asing berkolaborasi dengan pengusaha daerah.

Ia menambahkan, pada perdebatan itu, Indonesia mendapatkan dukungan dari sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Brasil, Argentina, hingga negara-negara Afrika.

"Bahwa investor FDI (yang melakukan investasi langsung di dalam negeri), wajib berkolaborasi dengan pengusaha daerah, dan orang daerah menjadi tuan di negeri sendiri, dan itu didukung oleh negara-negara berkembang lain," kata dia.

"Jadi dua poin ini, ternyata saya juga baru memahami secara mendalam, bahwa tidak semua negara-negara maju itu mau negara-negara berkembang bisa maju seperti mereka," imbuhnya.

Bahlil menambahkan, pada kesempatan tersebut, dirinya juga melayangkan protes kepada negara-negara maju yang nampak 'menghalangi' upaya negara-negara berkembang untuk bisa naik kelas. Menurutnya, perdebatan itu berujung pada negara-negara G20 menyetujui langkah Indonesia untuk melakukan hiliriasi SDA.

"Lewat pidato pembukaan saya katakan 'bahwa apakah salah kami negara berkembang ikut jejak negara-negara maju, yang telah menaiki anak tangga satu kena tangga yang lain, dari negara berkembang menuju negara maju dengan hilirisasi?' Saya gituin mereka dan alhamdullilah sudah disetujui," pungkasnya.

Baca juga: Serukan Anggota ASEAN Kompak, Bahlil Curcol soal Gugatan Nikel RI oleh Uni Eropa

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com