Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chatib Basri Nilai Tahun Politik Bisa Dukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 13/10/2022, 08:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Momentum 'tahun politik' yang akan dimulai pada 2023 dinilai mampu mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Pasalnya, tingkat konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) bakal meningkat jelang gelaran pemilihan umum presiden dan pemilihan umum serentak pada tahun berikutnya.

Ekonom senior Chatib Basri mengatakan, tingkat konsumsi nasional akan meningkat jelang pemilu. Maklum saja, partai politik beserta kader yang diusung akan menggelontorkan banyak uang dalam proses kampanye.

"Jadi kalau kita lihat sepanjang pengalaman sejak pemilu langsung itu menjelang tahun pemilu spending-nya naik," ujar dia, dalam Mandiri Sekuritas Market Outlook di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Baca juga: Chatib Basri: Kalau Ditanya Indonesia Akan Resesi Tidak, Jawaban Saya Tidak...

Mantan menteri keuangan itu mengungkapkan, tingkat pengeluaran atau spending politisi bakal meningkat memasuki periode kampanye pemilu. Ini nantinya akan tercermin dari data pertumbuhan konsumsi LNPRT.

"Demand untuk transport luar biasa pada saat itu. Pesawat, mobil, kemudian peralatan kampanye itu uangnya riil. Spending-nya beneran. Jadi efek kepada konsumsi relatif lumayan," tutur Chatib Basri.

Meskipun demikian, dukungan tersebut tidak akan serta-merta mendongkrak pertumbuahn ekonomi nasional. Sebab, konsumsi LNPRT berkontribusi sangat minim terhadap pembentukan PDB nasional.

"Tapi itu akan membantu transmisi uang terhadap belanja masyarakat dalam negeri," katanya.

Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Pasar IPO Dalam Negeri Diperkirakan Akan Ramai

Perekonomian RI tetap positif namun melambat

Sebelumnya, Chatib memastikan, perekonomian Indonesia tidak akan masuk ke dalam jurang resesi pada tahun depan. Pertumbuhan ekonomi positif diproyeksi masih berlanjut.

"Kalau ditanya apakah Indonesia akan resesi atau tidak, jawaban saya tidak," ujar Chatib saat acara Investor Daily Summit di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).

Namun demikian, dampak dari kondisi global masih akan dirasakan Indonesia, ditandai dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan diprediksi terjadi pada awal 2023.

Pasalnya, pendapatan pemerintah akan berkurang akibat pelambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Oleh karenanya, strategi menggunakan ekspansi fiskal dan pengetatan moneter yang bertujuan untuk menyeimbangkan kondisi internal dan eksternal, justru akan menjadi salah satu faktor pelambatan ekonomi Indonesia.

"Jadi implikasinya adalah kita akan melihat kontraksi fiskal pada tahun 2023. Jadi kombinasi kontraksi baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal entah bagaimana akan memberi akan menyeret turun pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan," jelas Chatib.

Baca juga: Belanja Negara Dipatok Rp 977,1 Triliun, Buat IKN hingga Pemilu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com