Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Nama Mata Uang Thailand dan Sejarahnya

Kompas.com - 15/11/2022, 14:24 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


KOMPAS.com – Nama mata uang Thailand adalah Baht Thailand atau Thai Baht. Seperti apa gambar mata uang Thailand?

Terkait hal ini, urutan mata uang Thailand berdasarkan denominasi dari yang terkecil hingga terbesar perlu diperhatikan.

Nilai tukar mata uang Thailand ke Rupiah juga tergantung pada perhitungan denominasi yang digunakan.

Baca juga: Lengkap, Ini Daftar Nama Mata Uang Negara ASEAN

Artikel ini akan memberikan ulasan mengenai mata uang negara Thailand yang dikenal dengan Bath Thailand atau Thai Baht.

Sejarah mata uang Thailand

Dalam dunia internasional, singkatan untuk nama mata uang Thailand adalah THB. Gambar mata uang Thailand yang berlaku saat ini berbeda dengan di masa lampau.

Dikutip dari Investopedia pada Selasa (15/11/2020), Baht Thailand (THB) telah digunakan untuk menyebut uang di Thailand selama berabad-abad.

Namun, inkarnasi mata uang modern muncul pada awal abad ke-20, setelah reformasi Chulalongkorn. Chulalongkorn juga dikenal sebagai Raja Rama V dan memerintah dari tahun 1868 hingga 1910.

Baca juga: Yen adalah Mata Uang Negara Jepang, Begini Sejarahnya

Raja Rama V memperkenalkan desimalisasi Baht Thailand, yang pada saat itu dikenal sebagai Thai Tical oleh orang Barat.

Kini, Bank sentral Thailand yakni Bank of Thailand, mengelola mata uang dan menerbitkannya dalam sejumlah denominasi atau urutan mata uang Thailand dari pecahan terkecil hingga terbesar. Nama mata uang Thailand tetap Bath Thailand.

Pangeran Wiwat pertama kali memimpin Bank of Thailand, yang didirikan di Bangkok pada tahun 1942. Pangeran Wiwat mengenyam pendidikan barat di bidang keuangan dari Universitas Cambridge dan Ecole des Sciences Politiques di Paris.

Adapun Baht Thailand menjadi fokus para pengamat ekonomi pada tahun 1997 ketika Thailand menjadi episentrum krisis keuangan Asia.

Baca juga: Kenali Nama Mata Uang China, Apa Bedanya Renminbi dan Yuan?

Itu dimulai setelah Bank of Thailand terpaksa meninggalkan Baht Thailand yang dipatok ke Dollar AS (USD).

Pelepasan ini menyebabkan nilai mata uang runtuh dan memicu gelombang kebangkrutan di antara bisnis Thailand yang meminjam dalam Dollar AS, tetapi memperoleh pendapatan dalam Baht.

Seiring berjjalannya waktu, Pemerintah militer Thailand mengambil alih kendali setelah kudeta tahun 2014. Pemerintah mengeluarkan rencana pembangunan ekonomi 20 tahun yang menetapkan tujuan untuk mencapai status ekonomi maju pada tahun 2037.

Baca juga: Mengenal Mata Uang Sri Lanka dan Nilai Tukarnya yang Terus Melemah

Gambar mata uang Thailand

Baht Thailand terdiri dari 100 satang. Urutan mata uang Thailand dari yang terkecil meliputi denominasi koin 25 satang, 50 satang, 1 Bath, 2 Bath, 5 Bath dan 10 Bath.

Lebih lanjut, untuk uang kertas terdiri dari 20 Bath, 50 Bath, 100 Bath, 500 Bath, dan 1.000 Bath. Gambar mata uang Thailand berbeda-beda tergantung pecahan dan seri terbitannya.

Meski demikian, pada setiap seri terbitan yang sama, bagian depan untuk semua pecahan memiliki gambar orang yang sama.

Baca juga: Mengenal Rupee India, Ini Sejarah Mata Uang India

Untuk uang terbitan seri ke-17 misalnya, bagian depan di semua pecahan uang kertas bergambar Yang Mulia Raja Maha Vajiralongkorn Phra Vajiraklaochaoyuhua dalam seragam Angkatan Udara Kerajaan Thailand.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com