MINYAK pelumas merupakan material untuk meningkatkan kemudahan pergerakan mesin dengan mengurangi friksi yang terjadi antar mesin. Minyak pelumas, yang berada di mesin yang dinyalakan, akan membentuk film antara dua logam yang bergerak, khususnya di piston, sehingga logam-logam tersebut tidak bersentuhan langsung satu sama lain.
Minyak pelumas terdiri dari dua komponen penyusun. Komponen utama yang menyusun 80 persen pelumas berasal dari base oil. Base oil berasal dari senyawa mineral dan sintetis.
Di Indonesia, mayoritas base oil berasal dari senyawa mineral hasil proses residu kilang minyak mentah. Base oil digunakan dalam minyak pelumas untuk memberikan dasar kekentalan sehingga pelumas membentuk film yang stabil.
Baca juga: Masuk Era Elektrifikasi, Pasar Pelumas Dinilai Masih Menjanjikan
Komponen tambahan (additive) yang menyusun 15 persen minyak pelumas digunakan untuk mengubah sifat fisika-kimia pelumas untuk masing-masing kondisi mesin yang berbeda. Senyawa tambahan atau aditif tersebut adalah detergents, dispersents, extreme pressure agents, antiwear agents, oxidation inhibtors, corrosion inhibotors, friction modifier, foam inhibtors, pour point depressants, dan viscosity modifier.
Dalam minyak pelumas, aditif itu berguna untuk menjaga permukaan mesin dan memperpanjang umur pelumas.
Produksi minyak pelumas dari industri pengolahan di dalam negeri sebesar 1,3 juta ton per tahun. Ketika minyak pelumas digunakan di mesin kendaraan bermotor ataupun mesin industri, sekitar 15 persen volumenya menguap atau terbakar akibat pembakaran bahan bakar di dalam mesin.
Dengan demikian, 85 persen sisanya atau sebesar 1,1 juta ton per tahun dibuang melalui pergantian rutin di bengkel-bengkel atau penampung limbah dari mesin industri.
Minyak pelumas bekas itu termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah yang tidak tertangani dengan baik akan mencemari dan berdampak buruk pada lingkungan karena unsur-unsur berbahaya seperti logam berat dan hasil oksida saat terjadi pembakaran di mesin.
Karena itu, penanganan minyak pelumas bekas terbaik adalah dengan pendekatan ekonomi sirkular. Konsep ekonomi sirkular merupakan pendekatan ekonomi melingkar dengan memaksimalkan kegunaan dan nilai bahan mentah, komponen, serta produk sehingga mampu mereduksi jumlah bahan sisa (limbah atau sampah) yang tidak digunakan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Baca juga: Ekonomi Sirkular Jadi Solusi Capai Target Zero Waste pada Tahun 2050
Membangun ekonomi sirkular terhadap minyak pelumas bekas memiliki banyak tantangan, seperti bengkel-bengkel yang tidak terorganisir secara baik sehingga penanganan saat pengumpulan pelumas bekas dari pengguna kendaraan bermotor belum memenuhi standar penanganan B3. Cara penanganan yang umum dipraktikan selama ini berpotensi limbah justru mencemari lingkungan.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.