JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan kondisi ekonomi global memiliki dampak pada pasar keuangan domestik, utamanya di pasar surat utang.
Hal ini sempat terjadi di saat-saat menjelang Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Ketidakpastian negosiasi debt ceiling pada 2 hari menjelang 31 Mei 2023, meningkatkan volatilitas pasar keuangan global, khususnya di pasar surat utang setelah sempat mereda seiring tekanan global yang juga mereda,” kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner secara virtual, Selasa (6/6/2023).
Baca juga: AS Bernafas Lega Lolos dari Bencana Gagal Bayar Utang
Selain itu, dinamika pasar perekonomian juga menyebabkan kinerja intermediasi di beberapa sketor ekonomi nasional mengalami penurunan stabilitas. Meskipun pasar keuangan sempat mengalami volatilitas, namun secara menyeluruh kondisi masih stabil.
“Hasil RDK pada 31 Mei 2023 melihat secara menyeluruh kondisi stabilitas jasa keuangan tetap terjaga di tengah dinamika perekonomian global. Sektor jasa keuangan domestik juga tetap terjaga dengan permodalan yang solid, profil risiko yang terjaga, dan likuiditas yang memadai,” ujar Mahendra.
Di sisi lain, Mahendra menilai inflasi yang konsisten di level tinggi secara global, serta kinerja perekonomian dan pasar tenaga kerja di AS yang masih solid diperkirakan akan dapat kembali memicu kenaikan suku bunga AS.
Baca juga: Krisis Perbankan AS, JPMorgan Bakal Tutup 21 Kantor Cabang First Republic
Tren pelemahan ekonomi global juga berlanjut yang tercermin dari penurunan aktivitas industri dan perdagangan internasional, pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah dari ekspektasi, serta penurunan harga komositas.
“Kinerja perekonomian masih terpantau stabil di tengah fragmentasi yang disebabkan oleh masalah geopolitik. Ini terlihat dari inflasi yang mengalami penurunan menjadi 4 persen, dari tahun ke tahun, dibandingkan pada April 2023, di tingkat 4,33 persen,” tambahnya.
Sementara itu, kinerja sektor manifaktur juga melanjutkan ekspansi dengan indeks PMI pada Mei 2023 menjadi 50,3, atau melambat dibandingkan bulan sebelumnya, 52,7. Neraca perdagangan juga mencatatkan surplus pada April 2023, meskipun kinerja ekspor mengalami kontraksi cukup dalam akibat turunnya harga dan volume komoditas ekspor utama Indonesia.
Baca juga: Soal Plafon Utang AS, Biden: Kabar Baik...
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.