Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Potensi Ekonomi Hijau dan Biru

Kompas.com - 19/06/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GREEN economy atau ekonomi hijau pada dasarnya merupakan kegiatan ekonomi dengan penggunaan karbon rendah, hemat sumber alam, dan inklusif secara sosial yang berkelanjutan.

Ekonomi Hijau mempunyai maksud dan tujuan melindungi kelestarian sumber daya alam dan memberikan akses kepada penduduk serta penurunan jumlah kemiskinan.

Blue economy atau ekonomi biru tidak berbeda dengan green economy dari aspek kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

Fokus blue economy dan green economy sedikit berbeda, demikian juga dengan tujuan dan prioritas sektor ekonomi.

Bila green economy Indonesia fokus pada penurunan risiko kerusakan lingkungan untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan, maka blue economy lebih difokuskan pada pengembangan dan pengelolaan sektor kelautan dan maritim.

Blue economy selain fokus pada peningkatan mata pencaharian, juga terhadap pelestarian ekosistem kelautan dan pesisir.

Pemerintah Indonesia memiliki target green economy yang rendah karbon net zero emission atau emisi karbon nol pada 2060.

Program tersebut membutuhkan biaya lebih dari Rp 28 triliun. Mayoritas alokasi dana terbesar tersebut untuk mitigasi di sektor transportasi dan energi, yakni sekitar Rp 26 triliun.

Sementara melalui Blue Economy, Indonesia memiliki kekayaan laut yang melimpah. Potensi kekayaan laut di Indonesia mencapai hampir Rp 20 triliun dari 11 segmen usaha.

Melalui konsep blue economy, kekayaan laut dapat meningkatkan mata pencaharian, dan sekaligus melestarikan ekosistem kelautan.

Potensi dan tantangan ekonomi hijau

Selain masalah lingkungan, green economy Indonesia juga memiliki potensi di berbagai aspek. Pertama, lapangan pekerjaan.

Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, investasi pada ekonomi hijau mampu menciptakan lapangan kerja hingga 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan investasi konvensional.

Hal tersebut karena pekerjaan-pekerjaan di sektor hijau dinilai lebih menggunakan tenaga kerja manusia atau padat karya.

Kedua, mengurangi limbah. Dengan green economy, limbah akan dikurangi dari 20 persen hingga 50 persen dibandingkan bisnis konvensional pada 2030.

Dengan begitu, green economy berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 125 juta ton karbon dioksida.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com